Panitia Dies Natalis Fisipol ke 61 dan Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UGM menggelar Seminar Nasional “Meretas Jalan Pembangunan Berkelanjutan Global”. Bertempat di Ruang Seminar Timur Fakultas Ilmu Sosial Politik UGM pada Senin (21/10), seminar dibuka dengan Pidato Dies Natalis, “Nalar Perdamaian” dari Prof. Mochtar Mas’oed selaku guru besar Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM. Prof. Dr. Mochtar Mas’oed menyampaikan bahwa, “Tujuan pidato ini sekedar menggugah perhatian Anda pada dua hal: pertama, tema utama perayaan Dies Natalis FISIPOL UGM tahun 2016 ini, yaitu perdamaian; dan kedua, fenomena sosial yang memprihatinkan, yang karena itu perlu kita telaah lebih dalam, yaitu: semakin banyaknya anggota masyarakat, di banyak bagian di dunia termasuk Indonesia, yang nampaknya kehilangan keyakinan akan nalar (reason atau reasonableness atau prudence)”. Di dalam pidato juga dijelaskan kontribusi Studi Hubungan Internasional dalam memahami situasi perang dan damai. Terdapat lima “resep” atau jalan menuju perdamaian yang disampaikan oleh Pak Mochtar, yaitu melalui penerapan daya paksa, pencitptaan orde global, aktivisme nir-kekuasaan, resolusi konflik, dan transformasi global.
Sejalan dengan substansi pidato Dies, pembahasan mengenai perdamaian tidak mungkin meninggalkan topik pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Oleh karenanya, dalam pidato Dies dirangkaikan dengan acara Seminar Nasional. Dengan menghadirkan Yanuar Nugroho, Ph.D sebagai keynote speaker, seminar ini bertujuan untuk membentuk ide pembangunan berkelanjutan global dan pelembagaannya dalam tata kelola global. Pembicara-pembicara ahli di berbagai bidang dihadirkan untuk mendiskusikan agenda pembangunan berkelanjutan yang terbagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama bertajuk “Genealogi Pembangunan Berkelanjutan Global” diisi oleh Muhadi Sugiono, Abetnego Tarigan, dan Rachmi Hertanti. Sesi kedua, yaitu “Indonesia dalam Debat Pembangunan Berkelanjutan Global” diisi Nur Sjahrir Rahardjo, Budi Santosa, dan Aleta Baun bertujuan untuk mendiskusikan posisi Indonesia dalam agenda pembangunan berkelanjutan global. Pembangunan berkelanjutan yang dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, dan politik membutuhkan adanya kerjasama dari aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, baik itu pemerintah, bisnis dan masyarakat sipil.
Dalam seminar ini, akademisi, pengambil kebijakan, pelaku bisnis, maupun elemen lain memperdebatkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam konteks sosial politik di level nasional dan global. Konsep pembangunan berkelanjutan yang diwarnai oleh krisis pembangunan global seperti ketimpangan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan menjadi pemantik hangat diskusi dalam seminar tersebut.
Dari seminar yang dihadiri seratusan orang dari unsur mahasiswa, masyarakat dan umum ini diharapkan muncul kesadaran yang lebih luas mengenai ide dan perwujudan pembangunan berkelanjutan di level global maupun nasional.