Pasca-perang dunia kedua, muncul aliansi negara-negara berkembang melalui KAA Bandung 1955. Gerakan non-blok yang dipromosikan pertemuan ini menandai terbentuknya konsep negara dunia ketiga atau negara-negara selatan. Basis anti-kolonialisme sangat kuat melandasi kerja sama antara negara-negara selatan tersebut, salah satunya tercermin pada Deklarasi New Asian-African Strategic Partnership (NAASP). Kerja sama ini menjadi bahan diskusi yang diselenggarakan oleh Institute of International Studies (IIS) Universitas Gadjah Mada (UGM). Diskusi ini diisi oleh Novrima Rizki Arsyani dan Taradhinta Suryandari sebagai asisten peneliti dari IIS. Selain itu Novrima dan Taradhinta merupakan mahasiswa Departemen Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2014 yang bersama-sama menyusun tulisan ini untuk dipresentasikan pada ajang Diskusi Ilmiah dalam Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia XXVIII Desember tahun lalu.
Diskusi bulanan rutin IIS kali ini diadakan pada hari kamis, tanggal 16 Februari 2017 pukul 13.00–14.30 bertempat di lantai 5 ruang 503 kantor IIS gedung BA FISIPOL UGM. Jumlah anggota diskusi 10 orang termasuk Ayu Diasti Rahmawati, MA yang merupakan salah satu dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional sebagai pengawas jalannya diskusi. Acara ini secara khusus membahas solidaritas politik dalam NAASP terkait dukungan negara-negara anggota pada kedaulatan Palestina. Kedaulatan Palestina menjadi isu sentral dalam solidaritas politik NAASP karena semangat anti-kolonialisme yang menjadi basis solidaritas negara-negara tersebut. Dukungan terhadap kedaulatan Palestina sendiri tertera dengan jelas dalam Deklarasi NAASP pada tahun 2005. Sejak saat itu, program utama yakni Capacity Building for Palestine dijalankan. “ Mengusahakan kedaulatan politik yang diwujudkan dengan bantuan pembangunan sumber daya manusia bagi 10.000 warga Palestina dalam kurun waktu 2008-2013,” sebut Novrima mengenai penjelasan program bantuan solidaritas untuk Palestina.
Dalam usaha menjawab bagaimana bentuk solidaritas yang tercermin dalam NAASP, diskusi dilanjutkan dengan adanya penjelasan landasan teori oleh Taradhinta. World System Theory oleh Immanuel Wallerstein menjadi landasan teori yang mereka gunakan. Pada intinya Wallerstein dalam tulisannya The Rise and the Future Demise of the World Capitalist System: Concepts for Comparative Analysis menjelaskan bahwa terdapat 3 kelompok negara dalam sistem kapitalisme dunia. Tiga kelompok tersebut yakni core, periferi, dan semi-periferi. Taradhinta menjelaskan bahwa Negara-negara core memperkaya dirinya dengan mengambil surplus value dari negara-negara periferi dan semi-periferi, sementara negara periferi dicirikan oleh kurangnya peran pemerintah pusat dan dieksploitasi untuk kepentingan negara core. Terakhir adalah negara-negara semi-periferi yang digunakan untuk menjaga stabilitas politik diantara dua kutub yang berseberangan, yakni negara core dan negara periferi. Dengan kata lain, negara semi-periferi digunakan untuk menekan berbagai oposisi dan aksi revolusioner dari periferi. Negara yang masuk ke dalam kategori ini merupakan pihak yang dieksploitasi oleh negara core dan yang mengeksploitasi negara periferi.
Diskusi yang bersifat interaktif ini dilanjutkan dengan kesimpulan tulisan ini menyatakan bahwa South-South Solidarity untuk Palestina yang ada dalam kerjasama NAASP nyatanya bukan merupakan solidaritas di mana negara-negara yang telah berkomitmen terhadap isu ini memiliki visi sama dan mendukung penuh perwujudan negara Palestina merdeka. Meskipun negara-negara yang tergabung dalam NAASP sudah berusaha untuk berkontribusi dalam program capacity building, beberapa negara menemui kesulitan saat mendukung Palestina dalam ranah politik. Padahal, dukungan dalam ranah politik ini-seperti voting dalam resolusi PBB untuk mendukung kemerdekaan Palestina, justru lebih dibutuhkan oleh Palestina. Hal ini disebabkan oleh dependensi negara-negara semi-periferi dan periferi kepada negara core. Sehingga, saat akan mendukung isu yang bertolak belakang dengan kepentingan strategis core, negara-negara Selatan yang tergabung dalam NAASP dan dependen pada core ini, sulit untuk tidak sejalan dengan core. Sebab, negara-negara ini takut keberlangsungannya terancam. Setelah pemaparan tersebut, diskusi diakhiri dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan menarik dari anggota diskusi.