Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM melaksanakan diskusi publiK dengan tajuk “Peningkatan Profesionalisme SDM di Era Konvergensi Media Guna Mewujudkan Reputasi RRI Sebagai Lembaga Penyiaran Publik”. Pembicara yang hadir antara lain Dr. Erwan Agus Purwanto M.Si selaku Dekan Fisipol, H. Sukamta, Ph.D. dari Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Dra. Dwi Hernuningsih M.Si yang menjabat Dewan Pengawas LPP RRI 2016-2021. Diskusi ini diselenggarakan untuk merespon tantangan revolusi di dunia media yang juga berpengaruh pada pengelolaan sumber daya manusia, khususnya pada institusi RRI.
Bertempat di Ruang Dekanat Fisipol UGM pada 22 Februari 2017, diskusi dibuka oleh H. Sukamta, Ph.D yang membahas tentang konvergensi media dan teknologi yang mendukung. Beliau menjelaskan, ”Adanya respon positif terhadap kondisi ini merupakan sebuah keharusan. Aspek utama yang harus diperhatikan antara lain tentang teknologi yang meliputi digitalisasi, jaringan pita lebar atau broadband, dan teknologi wireless. Selain itu, aspek lain yang tak kalah penting yaitu industri media itu sendiri, yang mengalami perubahan bentuk media (cetak, siar) ke media baru berbasis gadget.”
Dalam pandangannya, Sukamta menyoroti kendala-kendala yang dihadapi RRI. Kurangnya SDM yang profesional, kurangnya wawasan dan keterampilan terkait teknologi, serta belum adanya perhatian yang lebih pada penelitian untuk meningkatkan atau menciptakan pengetahuan baru, menjadi amatan Sukamta. “Solusinya antara lain, peningkatan profesionalitas dengan pelatihan jurnalistik yang konvergen, penataan kelembagaan dan membentuk sistem kerja yang adaptif dan responsif, pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya praktek konvergensi media di radio sehingga output yang dihasilkan berkualitas baik, serta perlunya kebijakan atau landasan hukum yang mengatur dan menjamin praktek kerja media konvergensi saat ini”, ungkap Sukamta.
Selanjutnya, Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si, menyatakan bahwa masyarakat kini semakin simultan dalam mengkonsumsi media. Media konvensional juga mulai ditinggalkan, sehingga sebagai Dekan Fisipol, beliau membuat beberapa inovasi. “Digitalisasi kampus menjadi salah satu program kami”, terangnya. Dalam menanggapi isu kovergensi media, Erwan menyatakan ada satu hal yang perlu dilakukan oleh RRI. “Sentuhan kemanusiaan tidak bisa digantikan oleh mesin atau teknologi. Jadi, konten yang interaktif harus dihadirkan oleh RRI”, paparnya. Selain itu, sumber daya manusianya juga harus multi talenta, sehingga konten-konten yang dihasilkan bisa bersifat mendidik, menghibur, juga berfungsi sebagai penengah atau moderator bagi kepentingan publik.
Pembicara berikutnya, Dra. Dwi Hernuningsih M.Si, menjabarkan berbagai keadaan yang dialami oleh RRI sebagai lembaga penyiaran publik. Terkait dengan sumber daya manusia, Hernuningsih mengakui bahwa peningkatan kapasitasnya memang tidak mudah. “Tidak seperti pembangunan sarana, membangun manusia butuh waktu, karena menyangkut mindset. Hal ini tentunya terus dilakukan oleh RRI”, terangnya. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan RRI saat ini yaitu dengan melakukan pendidikan dengan model inkubator. Metode ini dilaksanakan dengan cara mengurangi kegiatan kelas dan teoritis, kemudian memperbanyak praktik lapangan. “Selama praktik berjalan, kami juga melakukan evaluasi”, jelas Hernuningsih.
Banyak inovasi yang juga telah dilakukan oleh RRI dalam menghadapi tantangan konvergensi media masa kini, bahkan sudah dilakukan sejak 2009. Pembuatan laman rri.co.id dan beberapa aplikasi pendukungnya antara lain riley bisa akses seluruh channel RRI + 170 seIndonesia, be youngyangmewadahi band indie, RRI 30’ yang mewadahi citizen journalism, serta RRI Net yang menggunakan Media YouTube untuk menampilkan audio sekaligus visual siaran RRI. Pembenahan yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat tersebut tentunya tidak melupakan prinsip penyiaran publik, yakni adanya asas kebermanfaatan.
Diskusi ditutup dengan pembacaan beberapa hal penting yang menjadi sorotan selama diskusi berlangsung. Pembenahan dalam mengelola sumber daya manusia yang saat ini dibutuhkan agar bisa multi talenta serta penggalian konten-konten kreatif dari daerah perlu dilaksanakan. Kerja sama dengan universitas menjadi salah satu cara dalam mempersiapkan para professional RRI. Harapannya, RRI sebagai media penyiaran publik dapat menjalankan fungsinya sebagai perekat bangsa dengan konten-konten positif serta inspiratif.