Jumat pagi tertangal 24 Februari 2017, Institute of International Studies mengadakan guest lecture yang diperuntukan kepada khalayak umum. Bertajuk Geopolitics of the Recent Middle East, guest lecture ini diadakan di ruang seminar lantai 4 Gedung BB Fisipol UGM. Kuliah yang dikawal oleh Kepala Jurusan Hubungan Internasional (HI), Dr. Nur Rachmat Yuliantoro ini diisi oleh Kepala Bagian Regulator di PT HM Sampoerna, Dr. Nadim Hasbani. Beliau dulu juga pernah menjabat sebagai Direktur Komunikasi, Pusat Kajian Timur Tengah di Canegie Endownment (Former Communication Director of Middle East Center at Carnegie Endownment for International Peace)
Bekerja sama dengan Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM, topik yang diangkat kuliah terbuka ini berkutat dengan geopolitik atau politik kawasan yang terjadi di Timur Tengah. Diawali dengan perbincangan konflik di beberapa negara Timur Tengah, Dr. Nadim Hasbani menjelaskan kasus-kasus yang terjadi di tiap negara dan beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Mulai dari penyebab Arab Spring atau Revolusi Arab yang dipicu oleh KKN, krisis ekonomi, dan rezim, sampai bagaimana revolusi memberikan dampak untuk hari ini juga ke depannya. Membandingkannya dengan Dubai yang secara kawasan masuk ke Timur Tengah, namun tidak mencerminkan bagaimana wajah asli Timur Tengah.
Beliau menjelaskan bagaimana ekonomi di Timur Tengah setelah merdeka tidak berkembang dengan baik. Korupsi dan kemiskinan banyak terjadi. Apalagi ditambah dengan kekayaan yang hanya terpusat pada sedikit pihak. Hal inilah yang kemudian menjadi pemantik terjadinya revolusi. Begitupun di negara lain yang konfliknya didasari oleh beragam hal termasuk kepercayaan, suku, ekonomi, dan lain lain.
Kuliah ini berlangsung selama hampir tiga setengah jam yang di isi dengan pemaparan dan diakhiri dengan diskusi tanya jawab. Diikuti sekitar 70 peserta, kuliah ini didominasi oleh akademisi yang sebagian besar datang dari Departemen Hubungan International UGM. Acara berlangsung cukup santai dengan pembawaan materi yang santai dan interaktif. Mengajak partisipan untuk maju dan memberikan beberapa humor satir tentang isu yang sedang diangkat. Apalagi dengan situasi ruangan yang cerah dan tenang menambah kekhidmatan berlangsungnya acara.
Para peserta yang ikut kuliah terbuka ini terlihat antusias dengan penjelasan Dr. Nadim Hasbani. Selain karena cara penyampaian yang lugas tapi santai, beliau membawa isu Timur Tengah ini ke ranah yang lebih general dan mencoba mengiplementasikannya dengan keadaan di Indonesia. Tentang perdamaian dan kondisi masyarakat bernegara yang dialami oleh banyak negara termasuk negara kita.
Tanya jawab juga berlangsung dengan santai dan cukup cepat. Total ada lima penanya yang pertanyaannya tampak mampu mewakili keingintahuan para peserta. Mulai dari perbedaan konflik antar negara di Timur Tengah sampai adakah kemungkinan negara itu, khususnya Libya, akan memiliki kondisi yang lebih baik jika mereka tidak melakukan revolusi.
Di menit-menit akhir diskusi Dr. Nadim Hasbani memungkasnya dengan menyampaikan bahwa dari revolusi itu penuh pengorbanan. “Revolution is worth it”, beliau menambahkan penjabarannya. Pada intinya, revolusi memang menyakitkan. Seperti yang terjadi di negara-negara Timur Tengah di mana Dr. Nadim menggambarkannya dengan bagan negara-negara beserta oposisinya. Bagan itu menjadi terlihat menjadi rumit karena semua pihak saling bermusuhan. “Then everybody start to shoot everybody and forget what’s the reasons why they fight”, kata Dr. Nadim di tengah menjelaskan bagan tersebut.
Di sisi yang lain, beliau secara personal menyetujui adanya revolusi, apalagi kaitannya dengan Timur Tengah. Karena setelah segala pengorbanan yang terjadi, revolusi memberikan kesempatan baru untuk generasi yang baru.