Jum’at (21/4) lalu, ASC (ASEAN Studies Center) telah meluncurkan monografi ke-4 bertajuk ASEAN in 2017: Regional Integation in an Age of Uncertainty di Gedung BC Ruang 208, Fisipol UGM. Dalam monografi kali ini, ASC menyoal berbagai ketidakpastian ASEAN di masa ketegangan politik yang berkembang antar berbagai anggota negara dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Ketidakpastian yang dimaksud tidak hanya berasal dari kompleksitas turbulensi politik domestik, namun juga dari ketegangan politik yang didorong oleh faktor eksternal seperti Cina, juga Amerika Serikat. Berangkat dari latar belakang ini, ASC bertujuan untuk menyediakan hasil analisis dan pandangan tentang tiga topik sentral dalam kajian ASEAN, yakni: keamanan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di buku setebal 41 halaman ini, para peneliti juga memberikan pendekatan alternatif atas pemahaman integrasi regional, setelah sebelumnya menguraikan konsep ‘integrasi sosial’ terlebih dahulu.
Dari keempat peneliti yang terlibat; Ahmad Rizky M. Umar, Dedi Dinarto, Dio Herdiawan Tobing, dan Shane Preuss, acara peluncuran dan diskusi yang diramaikan oleh 15 peserta ini dihadiri oleh Ahmad Rizky M. Umar dan Dio Herdiawan Tobing selaku pembicara. Dio, selaku peneliti di ASC dan Umar sebagai sekretaris eksekutif ASC secara bergantian menyampaikan pokok penting yang dibahas dalam monografi juga poin-poin dari tantangan besar yang akan dihadapi oleh ASEAN di tahun ini.
Beberapa tantangan juga problem yang dimaksud adalah: kepemilikan kedudukan sebagai ketua ASEAN oleh Rodrigo Duterte (Presiden Filipina), krisis yang masih berlangsung di Laut Cina Selatan, integrasi pasar tenaga kerja berkelanjutan bersamaan dengan perkembangan dalam kerjasama ekonomi, dan belum selesainya krisis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Dalam meresponnya, para peneliti juga menawarkan opsi-opsi rekomendasi kebijakan yang bertujuan untuk membantu ASEAN dalam mengejar tujuan integrasi regional dan ASEAN yang people-centred di 2017. Selain itu, mereka juga mengusulkan pandangan akan integrasi sosial sebagai kerangka konseptual dengan pendekatan dalam mengatasi hambatan yang akan dihadapi ASEAN pada 2017 dan seterusnya.
Peneliti juga menukil pendapat bahwa ASEAN perlu untuk memperluas konsepsi atas integrasi untuk memasukkan juga isu-isu tentang hak asasi dan pembangunan yang tak merata, juga pertukaran budaya antar negara-negara. Beberapa topik yang sering diabaikan karena hanya dipandang dari segi ekonomi dalam sistem regional. Menurut mereka, meski integrasi ekonomi tetap penting, namun ASEAN juga dapat memperkuat tiang ekonomi melalui fokus peningkatan pada keterpaduan sosial, sebagai fitur utama atas rancangan besar komunitas sosial-budaya ASEAN ke depan.
Kumpulan tulisan dalam buku ini telah menguraikan beberapa tantangan untuk integrasi ASEAN yang menjabarkan tiga isu spesifik. Pertama adalah krisis geopolitik di Laut Cina Selatan yang didorong oleh klaim teritorial. Masalah ini diperparah juga dengan kurangnya mekanisme penyelesaian sengketa dan kehadiran aktor regional, seperti Cina dan Amerika Serikat. Kedua, kekhawatiran akan perkembangan tak merata di antara anggota negara-negara. Untuk sementara, dengan kondisi ASEAN yang rentan krisis keuangan juga belum mampu untuk menghadapi lebarnya kesenjangan di antara perkembangan daerah ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, dan Filipina) dan daerah Indochina (Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja). Perkembangan yang tidak merata ini telah menyebabkan meningkatnya tingkat migrasi tenaga kerja terampil rendah. Isu ketiga, yang juga sering diabaikan dalam perdebatan tentang integrasi ASEAN adalah masalah kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Namun, meski ASEAN telah membentuk lembaga-lembaga seperti ASEAN Intergovernmental Commision on Human Rights (AICHR) dan ASEAN Comission on Women and Children (ACWC), sejumlah masalah serius tetap masih belum terselesaikan. Secara khusus, monografi ini membahas tentang penganiayaan Rohingya di Myanmar dengan pendekatan sosial-budaya alih-alih Hak Asasi Manusia.
ASC juga mengunggah monografi ini di laman daring mereka yang bisa Anda akses di sini. (Dwiki Aprinaldi)