Pada tahun 2020 hingga 2035, Indonesia akan mengalami bonus demografi, yakni sebuah kondisi di mana angka masyarakat usia produktif melimpah. Bonus demografi ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Oleh sebab itu, pengelolaan yang baik dibutuhkan agar bonus demografi dapat berfungsi sebagai aset yang baik bagi pertumbuhan Indonesia. Meresponi fenomena bonus demografi, maka Youth Studies Centre (Yousure) beserta Institute of Governance and Public Affairs (IGPA), didukung Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta BPJS Ketenagakerjaan, menyelenggarakan Demography Forum, dengan tema “Bonus Demografi dan Kaum Muda: Peluang Tantangan, dan Agenda Kebijakan”.
Rangkaian acara Demography Forum 2017 ini diawali dengan workshop yang dilakukan pada 29 Agustus 2017 di Eastparc Hotel, dengan menghadirkan Dr. Soni Sumarsono, M. DM, Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri RI, sebagai keynote speaker. Para pemerintah daerah turut diundang dalam acara ini, terutama daerah-daerah yang diperkirakan akan mengalami angka bonus demografi yang cukup tinggi. Selain workshop, akan diadakan pula konferensi internasional yang akan dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 29-30 Agustus 2017, bertempat di Grha Sabha Pramana dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.
Dr. M. Najib Azca, ketua Demography Forum, mengatakan acara Demography Forum ini merupakan permulaan dari lahirnya berbagai riset dan rekomendasi kebijakan yang mampu membantu pemerintah untuk menyikapi bonus demografi. Beliau pun menekankan pentingnya pengelolaan bonus demografi. “Bonus demografi jika tidak dikelola bisa menjadi musibah. Beberapa negara mengalami konflik sosial justru karena gagal mengelola bonus demografi. Keberadaan jumlah anak-anak muda yang cukup besar dan terdidik, namun tidak terserap dalam lapangan kerja akan memicu krisis-krisis sosial yang baru,” papar Dr. M. Najib Azca dalam konferensi pers Demography Forum 2017.
Sependapat dengan Dr. M. Najib Azca, Dr. Erwan Agus Purwanto, M. Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, mengatakan bahwa fase bonus demografi harus disikapi sebagai sebuah berkah. Menurutnya, selain sumber daya ekonomi, sumber daya manusia dengan jumlah besar dapat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia. Beliau mengatakan, “pembangunan yang lebih baik dapat dilakukan apabila terjadi pergeseran dari pembangunan yang berbasis dari sumber daya alam menuju pembangunan yang berbasis sumber daya manusia dan teknologi. Dan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju yang tidak mengandalkan sumber daya alam dengan memasuki fase bonus demografi ini.”
Meskipun pembangunan sumber daya manusia memegang peranan yang penting dalam bonus demografi, namun sektor-sektor ekonomi melalui swasta juga harus ditingkatkan. Dr. Erwan Agus Purwanto, M. Si menjelaskan, “selain pembangunan sumber daya manusia, di sisi lain harus ada sektor yang mampu memanfaatkan sumber daya manusia tersebut. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, sebab pemerintah pun terbatas. Kita harus mampu mendorong sektor swasta untuk berkembang. Tidak hanya industri manufaktur, tetapi industri-industri lain, seperti maritim atau kreatif, yang potensial. Kedua aspek ini, sumber daya manusia dan sektor industri, harus bertemu. Tanpa hal tersebut, maka yang muncul adalah musibah.”
Pada konferensi pers, Dr. Soni Sumarsono, M. DM, selaku Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri RI juga berulang kali menegaskan pentingnya kesadaran seluruh pihak untuk menyambut bonus demografi. Sebab hingga saat ini, menurut beliau, pemerintah belum merespon fenomena ini. Beliau pun mendukung dan mengharapkan adanya pergerakan dari seluruh pihak untuk merespon fenomena ini. Dr. Soni Sumarsono, M. DM mengatakan, “dibutuhkan effort yang luar biasa dari semua pihak, baik kementerian, lembaga, maupun kampus. Kemendagri pun akan mendukung, apabila dibutuhkan payung regulasi untuk hasil rekomendasi kebijakan, sebagai landasan pergerakan nasional yang lebih intensif.” (/ej)