One Week One Alumni kembali digelar, kegiatan yang diinisiasi oleh Faculty Secretary Fisipol UGM pada kesempatan kali ini mengundang salah satu alumni dari Ilmu Hubungan Internasional, Aziz Nurwahyudi. Bertajuk “How to be Diplomat”, Aziz yang merupakan Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementrian Luar Negeri RI memberikan masukan sekaligus menceritakan pengalamannya di Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Bertepatan dengan sedang dibukanya calon pegawai untuk Kementrian Luar Negeri RI, Aziz mendorong bagi mahasiswa yang ingin menjadi diplomat untuk mempersiapkan diri sejak awal. Menurutnya, pengalaman untuk berorganisasi selama berkuliah dapat dijadikan salah satu modal awal. Tingginya minat pencari kerja untuk dapat masuk ke Kemlu, menjadikan persaingan sangat ketat. Tidak cukup berpenampilan rapi formal ala diplomat, kecakapan berpikir serta kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni, namun diharapkan setiap calon pegawai dapat menunjukkan performa terbaik dan memiliki keunggulan yang dapat dijadikan unique selling point.
Aziz yang pernah bertugas di berbagai negara seperti Belanda, Ceko serta Australia, menyarankan supaya dapat lolos seleksi Kemlu para calon pegawai harus memperhatikan hal-hal substansi maupun nonsubstansi. Dari sisi substansi sebagian besar didapatkan saat berkuliah, serta dengan terus update dengan isu-isu dunia diplomasi, mempelajari sejarah serta wawasan geografi. Sedangkan nonsubstansi lebih mengacu pada personal development masing-masing peserta. Kegiatan organisasi selama berkuliah akan membantu dalam membangun skill leadership yang sangat penting untuk dimiliki. Jiwa nasionalis menjadi poin wajib dimiliki, karena diplomat bukanlah representasi daerah tertentu akan tetapi Indonesia.
Pada penerimaan Kemlu tahun ini diperkirakan akan ada 20.000 pendaftar, dengan melewati serangkaian seleksi adminstrasi dan akademis, kemudian diambil 500 orang yang akan dites bahasa inggris. Hingga tersisa 210 orang yang masuk ke tahapan wawancara, dengan kuota akhir yang diterima berjumlah 70 orang. Aziz memberikan tips ketika wawancara, selain berpenampilan yang rapi, gunakanlah waktu 3 detik pertama untuk memberikan kesan yang baik bagi pewawancara.
Menjadi nilai lebih jika peserta memiliki kemampuan yang dapat diunggulkan, misalnya menguasai alat musik, bisa bernyanyi, menari atau yang lainnya. Selain itu, unggulkan diri dengan spesialisasi, misal spesialis membuat event atau spesialis isu negara tertentu. Lakukan riset-riset, menggali potensi diri, mengenali diri sendiri, mampu bekerja dalam tim, jujur serta membiasakan diri untuk memberikan perhatian dengan mendetail. “Usahakan untuk stand out of the crowd”, pungkas Aziz. (/di)