Setelah kesuksesannya di Filipina, kali ini Universitas Gadjah Mada mendapatkan giliran untuk menjadi tuan rumah dari gelaran konferensi bertajuk “The 5th Annual Conference on Muslim World 2017”. Kegiatan tahunan ini merupakan hasil kerja sama antara Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada dengan The Institute for Religion, Politics, and Culture (Program in Islamic, Turkish, and Near-Eastern Studies) Washington College dan Creative Learning, sebuah organisasi berbasis non-profit dari Washington DC. Mengusung tema ‘Muslim World’ sebagai tema tetap tahunannya, konferensi akademis ini akan secara lebih spesifik mengulas mengenai keterkaitan dunia muslim dengan demokrasi pada tahun kelimanya.
Pemilihan topik demokrasi juga bukan tanpa alasan, Islam dan demokrasi seringkali dibayangkan sebagai dua entitas yang saling bertolak belakang. Hal ini menjadikan topik ini menarik untuk diteliti seiring dengan perlunya mempertanyakan kembali relasi antara keduanya. Selain itu, Indonesia juga merupakan tempat yang dirasa cocok untuk melihat fenomena tersebut lebih jauh. Apalagi mengingat Indonesia merupakan negara demokrasi dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Konferensi yang dilaksanakan pada 18 hingga 20 September 2017 ini bertujuan untuk memberikan wadah untuk memperdalam diskusi mengenai topik-topik dalam studi dunia Islam dan demokrasi dengan semangat pembelajaran dan pemberian pemahaman. Acara ini terbagi dalam enam panel, dimana masing-masing panel membicarakan mengenai: 1) The Dark Side of Democracy; 2) Islam and Politics; 3) Muslim as Minorities; 4) Islam and Politics of Identity; 5) Democracy and Ideology; 6) Dremocratic Consolidation. Dalam panel-panel tersebut, peserta konferensi mendapat kesempatan untuk memaparkan karya tulis mereka untuk selanjutnya didiskusikan bersama. Sementara itu, keynote speech konferensi disampaikan pada malam gala dinner (18/9) oleh Professor Muqtedar Khan dari University of Delaware dengan judul Islam and Democracy After the Arab Spring: Political and Theological Trends. Selain itu, di dalam seminar ini juga dibuka roundtable discussion mengenai kesempatan untuk belajar di Amerika Serikat dan Inggris.
Peserta konferensi sendiri terdiri dari mahasiswa (baik sarjana ataupun pascasarjana) dan akademisi dari berbagai negara seperti Indonesia, Filipina, Singapura, dan Amerika Serikat. Dari keragaman latar belakang serta usia tersebut, diskusi diharapkan berjalan tidak hanya dalam tataran pertukaran pandangan mengenai isu lintas agama dan budaya, tetapi juga lintas generasi.
Narahubung:
085247249939 (Ardhi)