Jika mahasiswa FISIPOL pada umumnya membuat presentasi secara instan dengan desain template Microsoft Power Point serta didominasi oleh tulisan hasil copy-paste dari makalah, Hafid hadir untuk mengubah kebiasaan yang tidak estetis itu. Dalam acara pengembangan soft-skill bertajuk How to Design a Killer Slide Presentation yang diadakan CDC, Jumat (22/9), Muhammad Hafidullah membuat para peserta acara sadar bahwa slide presentation tidak boleh dianggap remeh. “Presentasi yang menarik juga akan membuat kuliah menjadi lebih menarik. Apapun yang disampaikan, jika disertai presentasi yang bagus, akan mencuri perhatian dan memberikan impresi pada audiens,” tutur Hafid yang menjabat Kepala Pengembangan Bisnis di PT. RWE Bindha yang berpusat di Jakarta Selatan. Bersama RWE Media, Hafid telah melayani pitching perusahaan-perusahaan ternama di Indonesia seperti Pertamina, Elevenia, Bank BRI, Jogjakarta International Hospital, dan sebagainya.
Meskipun lulus dari Fakultas Hukum, Hafid menikmati proses menjadi ahli desain dan membawakan presentasi berdasar pemahaman mengenai metode-metode presentasi yang ternyata beragam. Beberapa di antaranya adalah metode Takahashi, Kawasaki, Lessig, Godin, dan Steve Jobs. “Metode Takahashi adalah yang paling mudah, dengan menggunakan teks sebagai visual,” kata Hafid. Metode ini ditandai dengan font yang khas dan berukuran besar, berfokus pada satu kata kunci yang mengandung pesan utama dan sangat umum dengan perusahaan-perusahaan Jepang.
Sedangkan metode berikutnya yaitu Lessig akrab digunakan oleh Presiden Jokowi. Di satu sisi, presentasi menjadi sangat menarik karena visual akan mengikuti apa yang diucapkan oleh presenter. Metode ini membutuhkan slide yang sangat banyak dan mengharuskan presenter menghafalkan isi presentasi.
Metode Godin adalah yang paling umum di kalangan masyarakat Indonesia karena komposisi gambar dan teks yang seimbang. Berdasar pengalaman Hafid ketika membuat presentasi untuk Elevenia, para petinggi perusahaan tersebut lebih suka presentasi yang sederhana ala Steve Jobs, tetapi tidak bagi orang Indonesia. “Kalau saya bikin materi yang terlalu simpel, mereka ngomel ‘kamu nyiapin materi apa enggak sih?’” katanya disusul tawa.
Tidak hanya membahas tentang presentasi, Hafid juga menjelaskan bahwa kunci membuat presentasi adalah mind map (peta pikiran). Ia mengingatkan audiens di ruang BB 303 FISIPOL bahwa menyiapkan konsep presentasi jauh lebih sulit daripada mendesain presentasi. Terdapat tiga tipe mind-mapping yang ia tawarkan kepada para peserta, yaitu presentation, tunnel, dan library. Masing-masing, secara berurutan, memiliki fungsi untuk information tracking, mengajukan ide, dan mengorganisasi berbagai informasi. Manfaat dari mind-mapping yang dilakukan seorang presenter akan dirasakan secara langsung oleh audiensnya. Proses ini akan membantu presenter menetapkan kata-kata kunci yang benar-benar penting untuk diingat orang lain, dan bukan untuk membuat orang lain bosan karena insignifikansi informasi.
Selanjutnya, Hafid memperkenalkan lima prinsip desain yang membuat presentasi menjadi menarik. Pertama, memilih konten atau pesan yang dimasukkan dalam tiap slide. Satu slide perlu memiliki satu pesan utama yang dikehendaki presenter untuk diingat audiensnya. Kedua, less is more, yaitu kesederhanaan slide yang memicu interaksi dengan audiens tetapi tetap mudah dimengerti dengan gambar yang besar dan tulisan yang minimal dalam segi jumlah. Patokan Hafid mengenai kemudahan suatu pesan untuk dimengerti adalah “apakah orang-orang di ruangan banyak yang mengernyitkan dahi” sebagai tanda tidak paham. Oleh karena itu, sangat penting bagi audiens untuk mengerti pesan yang diberikan presenter dalam tiga detik. Ketiga, huruf yang mencuri perhatian. Font yang lebih bervariasi dan menimbulkan kesan estetik akan membuat pesan lebih mudah diingat daripada menggunakan font standar yang membosankan. Beberapa font yang direkomendasikan adalah Museo, Rockwell, Hand of Sean, dan sebagainya. Bersamaan dengan ini, Hafid menawarkan beberapa sumber font, yaitu dafont.com serta Font Squirrel, dua situs yang dianggap memiliki koleksi font terlengkap.
Prinsip yang keempat adalah gambar yang memukau. Bagi Hafid, alam bawah sadar dibentuk secara lebih efektif oleh visual yang diterima otak. Big pictures, little text adalah cara yang dianjurkan, diiringi pemberian superiority effect dan penyeragaman warna teks dengan warna-warna dominan pada gambar. Infografis juga akan lebih mudah membuat audiens paham akan data-data numerik yang susah diingat apabila hanya dengan tabel. Terakhir, penggunaan warna yang sesuai. Setiap slide perlu memiliki warna yang disesuaikan dengan colour palette gambar yang digunakan sejak slide awal sehingga gradasi warna tidak begitu kontras antara slide satu dengan slide lainnya. (/KOP)