ASEAN Studies Center (ASC) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada bersama dengan Groningen Research Center for Southeast Asia and ASEAN University of Groningen telah melangsungkan sebuah working conference pada Selasa (3/10) hingga Kamis (5/10) lalu. Konferensi yang bertempat di Kampus Fisipol UGM ini mengangkat tajuk International Working Conference on Regional and National Approaches Towad the Sustainable Development Goals in Southeast Asia and ASEAN.
Konferensi kerja internasional ini berfokus pada Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai aspek tata kelola. Beberapa topik fokus pada kajian perdamaian, keadilan, ketidaksetaraan, kesetaraan gender, pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, kota yang berkelanjutan, lingkungan, pendidikan berkualitas, dan kemitraan dengan tujuan untuk mencapai dari SDGs dan tata kelola kawasan.
Gelaran ini sendiri dihadiri oleh partisipan yang merupakan akademisi dari berbagai pusat studi di Asia Tenggara dan beberapa tamu undangan sepertiIr. Subandi Sadjoko, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BAPPENAS), serta undangan dari Universitas Gadjah Mada dan University of Groningen.
Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan pada tahun 2015 merupakan sebuah golyang dapat dijadikan acuan bagi negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam formasi kebijakan dan agenda politiknya masing-masing. Mencakup bahasan yang lebih luas daripada kerangka golsebelumnya yaitu Millenium Development Goals (MDGs), SDGs memiliki 17 agenda dan 169 target.
Agenda tersebut diantaranya adalah pengentasan kemiskinan, pengentasan kelaparan, penjaminan kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pengadaan air bersih dan sanitasi layak, promosi pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak, perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat, hingga penguatan kerja sama dalam mencapai tujuan. Dalam working conference ini, fokus agenda yang dibicarakan berkenaan dengan aspekpemerintahan dari SDGs, termasuk di dalamnya tantangan implementasi SDGs yang sebelumnya merupakan tujuan dan target yang disepakati di ranah internasional ke dalam tataran perjanjian institusional domestik.
Selain itu, kegiatan ini juga memiliki fokus bahasan pada tantangan implementasi SDGs yang besifat multi-level, termasukperan dari pemerintah provinsi dan lokal dalam struktur negara, serta bagaimana Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sebagai aktor regional dapat terlibat dan mempromosikan cara-cara terbaik dalam mengimplementasikan SDGs di Asia Tenggara. Dari fokus bahasan tersebut, konferensi ini diharapkan dapat menjadi wadah kolaborasi dari para akademisi dalam melakukan riset, penerbitan hasil riset, maupun pengajaran riset terhadap mahasiswanya.
Dalam konferensi ini, beberapa peserta menjabarkan permasalahan secara spesifik di sebuah negara tertentu. Misalnya saja para partisipan asal Filipina yang menyoroti agenda nomor 16 SDGs, secara khusus dalam poin 16.6 yaitu membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan transparan serta poin mengenai hak asasi manusia. Hal ini diangkat karena Filipina dirasa masih terjerat elite democracy serta permasalahan pelanggaran hak asasi manusia karena kebijakan Presiden Rodrigo Duterte yaitu War on Drugs yang banyak dikecam.
Sedangkan oleh Dr. Maharani Hapsari, partisipan dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia, melakukan riset mengenai agenda nomor 6 yaitu pengadaan air bersih dan sanitasi layak. Riset ini sendiri berdasar pada temuan-temuan dari berbagai komunitas akar rumput di Yogyakarta.
Saikew Thipakorn, Ph.D dari Thailand melakukan riset pada beberapa agenda SDGs, salah satunya aspek agenda terakhir SDGs, yaitu penguatan kerja sama. Studi kasus yang diangkat adalah perkongsian antara petani mangga organik Thailand dengan konsumen yang berasal dari Jepang. Selain itu juga terdapat beberapa isu yang diamati seperti pendidikan di kawasan Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam (CLMV), hak pekerja di Kamboja, isu perumahan di Brunei Darussalam, hingga tantangan implementasi National Action Plan guna memenuhi target SDGs di Vietnam. Di samping itu, juga terdapat riset yang membahas SDGs secara holistik dalam tataran kawasan Asia Tenggara. Hasil-hasil riset ini sendiri rencananya akan diterbitkan dalam sebuah buku yang akan diluncurkan tahun depan di Brussels, Belgia.