Tidak bisa dipungkiri, kini perkembangan teknologi telah masuk di setiap sektor kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah kemunculan konsep smart city sebagai bentuk penetrasi teknologi terhadap tata kelola suatu daerah. Di Indonesia sendiri penerapan konsep smart city sudah mulai populer di kalangan pemangku kebijakan daerah.
Dari fenomena tersebut, Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM bekerjasama dengan Bank Indonesia mempersembahkan Seminar Nasional yang bertajuk “Smart City for Smart Indonesia”. Kesempatan kali ini menghadirkan Ir. Gunawan, M.A dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) dan Dadi Budaeri, S.E. Ak. selaku Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangerang sebagai pembicara. Selain itu, diskusi kali ini juga dihadiri oleh Managing Director Center for Digital Society UGM, Dr. Dedy Permadi.
“Smart City adalah konsep kota cerdas yang dirancang secara berkesinambungan dan terus berkembang” ungkap Gunawan. Dalam pemaparan awalnya, Gunawan menjelaskan konsep dasar smart city. Dimana konsep tersebut dikembangkan guna membantu dan mempermudah berbagai kegiatan masyarakat, mengelola sumber daya secara efisien, menyelesaikan permasalahan masyarakat, serta meningkatkan layanan publik. Gunawan menambahkan bahwa smart city akan berkorelasi dengan peningkatan kinerja pemerintah daerah. Peningkatan ini disebabkan oleh sifat smart city yang bersifat efektif dan partisipatif.
Namun, Gunawan mengakui bahwa penerapan smart city memang bukan perkara mudah dan instan. Dari sisi masyarakat perlu adanya perubahan mindset dalam menggunakan teknologi. “Pemanfaatan teknologi komunikasi di Indonesia itu cukup tinggi, tetapi pemanfaatan sesuai dengan fungsi dan potensi ke-smart-annya itu yang menjadi pertanyaan. Sangat wajar kalau survei e-gove dari hasil PBB ini menempatkan Indonesia pada peringkat 116 dari 192 negara. Ternyata kita belum maksimal dalam hal pemanfaatan,” paparnya. Sedangkan dari sisi pemerintah pusat, Gunawan mengungkapkan bahwa perlu adanya regulasi yang berisi pedoman dan tata cara pengembangan smart city.
Salah satu daerah yang patut dicontoh dalam hal keberhasilan menerapkan konsep smart city adalah Kota Tangerang. Kota ini berhasil meluncurkan 158 aplikasi yang didasarkan atas permasalahan masyarakat. Aplikasi Laksa (Layanan Aspirasi Kotak Saran Anda) adalah contoh keberhasilan Kota Tangerang dalam memanfaatkan teknologi untuk peningkatan layanan publik. “Pemahaman dalam konteks kami bahwa smart city adalah yang penting bagaimana pemanfaatan TIK ini sebesar-besarnya digunakan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat dengan mudah, murah, cepat, bahkan aman,” ungkap Dadi.
Di Kota Tangerang sendiri pemanfaatan teknologi sudah masuk di hampir semua sektor. Dari sektor kesehatan misalnya, pemerintah daerah telah meluncurkan aplikasi yang menyediakan informasi layanan rumah sakit di Daerah Tangerang. Penerapan ini juga diikuti di sektor lainnya, seperti pendidikan, tenaga kerja, dan sektor publik lainnya.
Dedy Permadi membenarkan bahwa konsep mendasar dari smart city adalah intervensi teknologi atas permasalahan masyarakat. Dedy juga menambahan, ada beberapa isu penting yang sering kali luput dalam proses pengembangan smart city. Pertama adalah big data. “Kebetulan kami mendampingi beberapa kota untuk membangun kota pintar, big data itu biasanya masih dilupakan, itu harta karun padahal,” jelas Dedy.
Big data berisi data-data rinci para pengguna yang secara volume secara kerigidan, secara kecepatan itu sangat besar. Kedua, cyber security dan privasi. Persoalan ini juga sering terabaikan, bahkan di tingkat bank sekalipun. Ketiga, artifisial intelijen yang dapat dikelola menjadi teknologi masa depan yang bisa diaplikasikan dalam penunjang smart city. Di pemaparan terakhir diskusi ini, Dedy menekankan bahwa kota pintar juga sangat tergantung pada bagaimana orang-orang di dalam kota itu mengelola dirinya, memaksimalkan potensinya, dan memanfaatkan internet secara positif dan produktif. (/ran)