“Saya nggak tertarik kerja di politik,” ujar Abdul Latif Algaff, alumni Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP) Fisipol yang hadir pada acara One Week One Alumni, Jumat (10/11) di Gedung BA Ruang 207.
Latif biasa ia dipanggil merupakan seorang Direktur Dana Pensiun di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Dulunya, ia adalah seorang mahasiswa yang aktif berkecimpung di beberapa organisasi atau biasa disebut sebagai aktivis. Baik organisasi tingkat jurusan, universitas, hingga yang lebih tinggi lagi tingkatannya pernah Latif jajaki.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara di tingkat jurusan, ketika berada di semester 3. Setelah itu, di semester 5 ia memilih untuk mencoba organisasi di tingkat yang lebih tinggi dengan menjadi ketua senat selama 2 tahun. Tidak puas berkecimpung di organisasi kampus, di tahun selanjutnya ia memutuskan untuk menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Ilmu Administrasi Seluruh Indonesia.
Banyak pengalaman yang didapatkan Latif ketika menjadi aktivis. Beberapa pengalaman yang ia dapat adalah berdiskusi dengan para pejabat dan memimpin demo. Latif menuturkan bahwa semasa menjadi aktivis ia telah berdiskusi dengan setengah dari jumlah menteri yang menjabat pada masanya. Selain berdiskusi, pengalaman lain yang ia dapat adalah memimpin demo pada tahun 1988 yang menjadi cikal bakal demo-demo di era orde baru.
Kiprahnya di berbagai organisasi membuatnya senang dan nyaman menjadi seorang aktivis. Latif menjadi aktif dalam forum diskusi maupun seminar. Ia juga sering bertemu dengan banyak orang dari berbagai jurusan maupun universitas berbeda yang membuatnya punya banyak kenalan. Bahkan hingga saat ini Latif masih sering bertemu dengan teman-teman sesama aktivis yang sudah bekerja di sektor birokrasi dan partai. Tak jarang, ia kerap mendapat tawaran dari temannya untuk menjadi pembicara dalam suatu event.
Sosok Latif sebagai seorang aktivis mahasiswa membuat banyak orang mengira bahwa ia akan menjadi politis. Hingga saat ini, Latif sering ditanya mengapa ia tidak memilih karir di bidang politik. Latif juga pernah ditawari untuk menjadi anggota dewan, namun ia menolak. Menurutnya, pekerjaannya yang sekarang adalah pilihan hidup. Ia tidak tertarik untuk terjun di dunia politik, karena baginya politik itu berada di posisi depan. Menurut Latif, karirnya yang sekarang justru dekat dengan politik karena berhubungan dengan buruh yang menjadi kekuatan politik.
Selain ditawari untuk berkarir di bidang politik, di awal kelulusannya Latif juga pernah diminta untuk menjadi dosen, karena aktif dan memiliki prestasi akademik yang cukup baik. Namun, dia menolak dan lebih memilih untuk bergabung dengan PT. Jamsostek (Persero) yang sekarang namanya berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Latif menuturkan bahwa ia telah bekerja di instansi ini selama 22 tahun.
Meskipun sudah tidak tergabung dalam organisasi mahasiswa, kini Latif justru menjadi aktivis di area kerja. Ia tergabung dalam organisasi di lingkungan kerjanya seperti Serikat Pekerja Jamsostek, dan Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bahkan, pada tahun 2009-2014 Latif diangkat menjadi Ketua Umum Federasi Seringkat Pekerja BUMN. Menurut Latif, pengalamannya menjadi aktivis mahasiswa adalah bekal untuk berkecimpung di organisasi yang sekarang.
Dengan pengalaman yang ia dapat, Latif berpesan kepada para peserta untuk menjadi mahasiswa yang aktif, karena keaktifan merupakan salah satu modal dalam menghadapi dunia kerja. Selain itu, Latif juga berpesan agar menjadi mahasiswa yang berwawasan luas dan memiliki nilai akademik yang baik. Dengan hal tersebut, mahasiswa akan mempunyai banyak referensi dan jaringan pertemanan yang luas.
Selain bercerita mengenai pengalaman sebagai aktivis, Latif juga berbagi pengetahuan terkait karir di BUMN. “Berkarir di BUMN itu simple,” tuturnya. Mahasiswa hanya perlu wawasan yang luas untuk berkarir di BUMN. Lutfi memberikan tips dan trik untuk bekerja di BUMN sebagai jawaban dari pertanyaan salah satu peserta. Menurut Lutfi, untuk berkarir di BUMN, mahasiswa hanya perlu intens dalam mengupdate informasi lowongan kerja BUMN, memiliki integritas yang baik, berwawasan dan pengalaman yang mumpuni, dan yang terakhir dan sering dilupakan adalah behaviory. “Banyak orang pintar tapi dia egois, karena tidak perlu kerjasama, padahal kerja itu butuh kerjasama,” tambahnya.