Menjadi benua dengan total populasi tertinggi di dunia, Asia menjadi rumah bagi masyarakat miskin terbanyak di dunia. Hal ini lantas berdampak pada kualitas kesejahteraan sosial penduduk Asia, utamanya dilihat dari variabel kesenjangan sosial yang terjadi.
Keprihatinan terhadap isu tersebut kemudian disuarakan dalam International Conference yang bertajuk ”Social Development in Asia”. Konferensi internasional yang diprakarsai oleh Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol UGM bekerja sama dengan KAPSTRA ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis PSdK ke-60. Kegiatan ini utamanya menyoroti peran dari berbagai aktor seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil dalam menciptakan pembangunan sosial di Asia dalam berbagai sektor seperti kesehatan, perumahan, dan jaminan sosial.
Dilaksanakan di Kampus Fisipol pada Rabu (15/11), kegiatan ini menghadirkan berbagai akademisi yang memberikan keynote speech masing-masing.
Professor Manohar Pawar, dalam sesinya menyatakan bahwa pembangunan sosial bukan hal yang dapat dipisahkan begitu saja dari pembangunan ekonomi. Terkait kesenjangan sosial, menurut President of International Consortioum of Social Development ini, terjadi karena tingginya pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan distribusi pendapatan yang merata, sehingga timbul kesenjangan sosial.
Professor Pawar juga menyebutkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sosial di Asia. Misalnya permasalahan pencapaian perdamaian di kawasan. Perdamaian menjadi penting, karena bila terdapat konflik hal ini akan mengancam stabilitas dan pembangunan sosial di kawasan. Juga terdapat tantangan dalam hal mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, serta keadilan lingkungan. Professor Pawar juga menekankan salah satu permasalahan yang paling penting dalam pembangunan sosial di Asia adalah ancaman gangguan teknologi (technology disruptions).
Menjadi dosen tamu di Fisipol UGM, Dr. Stephen Leigh Miller turut menjabarkan materinya dalam gelaran ini. Pada kesempatan ini, Dr. Miller menjelaskan mengenai kebangkitan dan penurunan Australia sebagai welfare state. Menurutnya, terdapat dua fenomena kunci yang mendasari kebangkitan welfare state di Australia. Pertama, adanya kebangkitan organisasi buruh dan kemunculan labour governments untuk pertama kalinya. Kedua, terkait dengan konteks pasca-perang dan pasca-rekonstruksi depresi ekonomi tahun 1940. Meskipun konsep welfare states sendiri dalam empat dekade terakhir mengalami ‘penurunan’ di negara-negara Barat.
Dr. Miller juga berpendapat bahwa Indonesia sedikit demi sedikit mulai menerapkan elemen-elemen welfare state. Misalnya saja dengan pengembangan Jaminan Sosial dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dalam hal ini, pemaknaan welfare state masih terbilang terbatas dan belum seluas penerapan di negara-negara Barat. Beliau turut menuturkan pentingnya gerakan sosial untuk mendorong agenda pembangunan sosial di Indonesia.
Dari tuan rumah, Dr. Nurhadi, S.Sos., M.Si., Ph.D yang merupakan salah satu staf pengajar PSdK sekaligus Wakil Dekan Fisipol UGM mengatakan bahwa saat ini, negara-negara di Asia kebanyakan terjebak dalam pembangunan berbasis target (target-based development). Lebih lanjut, ia juga berpendapat bahwa dibanding memfokuskan pada target-based development, akan lebih baik untuk menerapkan value-based development sebagai pendekatan dalam penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) di Asia. Misalnya saja, pendekatan partisipatoris yang dinilai penting sering diabaikan dalam pembangunan berbasis target. Lebih lanjut, penggunaan perspektif manusia sebagai basis nilai dalam tujuan serta pembangunan sosial merupakan hal krusial mendasar dalam penerapan SDGs di Asia.
Dalam konferensi ini, Rahma Iryanti selaku Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan beserta Agus Mashud S. Asngari yang merupakan Vice President CSR SMEPP PT. Pertamina (Persero) turut memberikan keynote speech. Lebih lanjut, kegiatan ini juga akan dilanjutkan dengan diskusi panel yang diselenggarakan pada Kamis (16/11) dengan presenter yang berasal dari beragam latar belakang akademik.