“Kalau mau jadi pengusaha, temukan passion kalian dulu,” ungkap Tegar Mahardika, Alumni departemen Sosiologi FISIPOL UGM, dalam acara One Week One Alumni (22/2). Acara yang bertajuk ‘How To Be Entrepreneur’, Tegar Mahardika -pengusaha sekaligus direktur dari CV. Global Indonesia- mengajak mahasiswa FISIPOL untuk melirik pekerjaan selain dosen dan pegawai negeri sipil (PNS) selepas kuliah.
Ia yang hingga saat ini memiliki karyawan sebanyak 25 orang mengaku cukup menikmati kehidupan sebagai pengusaha. Selain karena berpotensi sebagai miliarder, bekerja sebagai pengusaha memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja yang disukai dan juga memiliki penguasaan penuh atas potensi diri sendiri. “Karena menjadi pengusaha berarti bekerja untuk diri sendiri,” ucap Tegar Mahardika. Pengusaha dibidang penyedia jasa laundry dan ekspor alat pengering karpet multinasional ini memulai usahanya sejak tahun 2009. “Memang ini bisnis keluarga tapi jangan dikecilkan, karena bisnis di Indonesia 95% itu bisnis keluarga yang menyumbang sedikitnya 134 triliun,” terangnya.
Tegar Mardika kemudian mengajak para mahasiswa untuk melihat sejarah beberapa perusahaan besar seperti, Facebook, Iphone, McDonald’s, KFC dan perusahaan permainan online Angry Bird. “Sebelum permainan Angry Bird booming pada beberapa tahun yang lalu, para programernya harus membuat 51 games untuk telpon genggam tapi gagal semua dan bangkrut,” terangnya. Akan tetapi, sebelum mengalami kebangrutan yang parah, para pemrogram Angry Bird ini memiliki prinsip untuk mencoba memperbaiki permainan ini sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Jika permainan ini gagal, barulah mereka membubarkan perusahaan. Setelah mengumpulkan sepuluh ide dalam waktu satu minggu akhirnya mereka berhasil membuat permainan Angry Bird. “Coba bayangkan jika dalam tahap gagal di 51 games mereka bubar, enggak akan ada game Angry Brid,” tambah Tegar Mahardika.
“Jadi, apa yang membuat mereka tetap berusaha dengan target mereka? Jawabannya cuma satu, ya karena passion,” ungkap Tegar Mahardika. Baginya, passion adalah hal utama yang bisa memotivasi pengusaha untuk terus melanjutkan usahanya walaupun banyak permasalahan yang akan dihadapi.
“Bagaimana sih, cara menentukan titik untuk lanjut atau beralih usaha?” tanya seorang peserta dalam sesi tanya jawab. Bagi Tegar, permasalahan tersebut bisa dijawab oleh diri kita sendiri. Menurutnya, hanya diri sendiri yang mengetahui batas kemampuan kita masing-masing untuk menentukan kapan melanjutkan usaha atau beralih usaha. Terkait bagaimana cara menentukan jenis usaha antara menjadi produsen atau menjadi reseller, Teguh mengatakan, “Soal mau jadi produsen atau reseller, itu tergantung dengan passion dan fokus kita. Kalau memang saya bisa bikin sendiri ya bikinlah. Kalau memang belum, ya enggak masalah kalau jadi reseller dulu. Karena apa pun usahanya, ya balik lagi ke konsep socialpreneur, kita bisa memberi apa ke masyarakat.” (/rws)