Curriculum vitae (CV) memang sering dianggap penting bagi para pelamar pekerjaan. Mengingat CV merupakan rangkuman data diri hingga pengalaman yang pernah dilakukan oleh pelamar. Sehingga, CV dianggap mampu merepresentasikan sosok maupun kapabilitas si pelamar. Namun, ada dua hal yang juga tidak kalah penting, yaitu motivation letter dan proses interview. Meskipun tidak menampilkan semua data diri maupun pengalaman, motivation letter maupun interview adalah kesempatan bagi pelamar untuk lebih dekat dengan perusahaan.
Hal inilah yang disampaikan oleh Muhammad Genta Mahardika dari Eureka Management Consultant dalam acara Career Preparation Class (23/02). Acara ini diselenggarakan oleh Career Development Center (CDC) Fisipol UGM selama dua hari. Setelah membahas CV di sesi pertama dan kedua, di sesi ketiga dan keempat, Genta lebih banyak memberikan materi seputar motivation letter dan interview.
Secara umum, motivation letter berisi tentang alasan kita mengapa ingin bergabung dengan sebuah perusahaan dan kemampuan apa yang bisa kita berikan kepada perusahaan. Menurut Genta, kepercayaan diri adalah hal yang penting dalam menuliskan motivation letter. Selain itu, kemampuan merangkai kata dan menarasikan argumen juga tidak kalah penting. “Usahakan argumen kita ditulis dalam bentuk narasi bukan poin-poin, bentuk narasi akan lebih terlihat jelas, bagus, tulus,” ungkapnya.
Bertempat di Gedung BA 203 Fisipol UGM, Genta tidak hanya menerangkan seputar tips dan trik, tetapi juga mempraktikkan langsung proses pembuatan motivation letter. Masing-masing peserta menuliskan motivation letter yang ditujukan kepada perusahaan yang ingin mereka tempati. Langkah pertama yang harus dituliskan adalah kepada siapa motivation letter ini ditujukan. Biasanya berisi nama perusahaan dan bagian yang menangani proses penerimaan karyawan. Dalam hal ini, Genta menyarankan untuk menggunakan nama kepala perusahaan yang bersangkutan. “Kalau kita pakai sapaan nama langsung, itu akan lebih terlihat personal. Meskipun kita belum pernah tahu ataupun kenal,” papar Genta.
Di langkah berikutnya, banyak dari kita akan menuliskan dari mana mendapatkan info lowongan tersebut. Bagi Genta, kalimat ini perlu dihilangkan karena tidak akan terlalu memberikan signifikansi penilaian perusahaan terhadap kita. “Langsung tulis saja, saya yang bertanda tangan dibawah ini serta maksud dan posisi yang ingin ditempati,” jelasnya. Setelah itu, baru kita menuliskan motivasi serta kelebihan yang kita punya.
Dalam menuliskan kelebihan (strength), hal yang paling dasar adalah membedakan antara standar kemampuan yang harus kita punya dan kelebihan diri. Genta mengungkapkan bahwa standar kemampuan adalah kemampuan yang harus kita punya sesuai dengan profesi. “Kalau kita ingin mendaftar sebagai content writer, standar kemampuan yang harus kita punya adalah menulis. Nah, ini tidak perlu dituliskan,” ungkapnya. Menurut Genta, yang harus kita tulis adalah kemampuan diatas standar yang harus dimiliki. Biasanya, kelebihan menyangkut pengalaman baik dari magang maupun organisasi. Langkah terakhir, adalah kalimat penutup. Genta menyarankan, kalimat penutup lebih bagus jika berisi tentang harapan maupun permohonan kita untuk lanjut ke tahap berikutnya.
Tahap terakhir dari proses melamar pekerjaan pada umumnya adalah proses interview (wawancara). Proses ini juga cukup penting menentukan layak atau tidaknya seorang pelamar diterima di perusahaan yang bersangkutan. Dalam proses ini kita akan dituntut untuk menjelaskan lebih detail apa saja yang sudah kita tulis di CV maupun motivation letter. Genta memberikan beberapa poin penting yang harus diperhatikan saat proses wawancara. Pertama, persoalan penampilan, gerakan, dan cara menjawab saat proses wawancara. Di poin ini, menurut Genta, harus disesuikan dengan kultur perusahaan maupun bidang yang ingin digeluti. Kedua, saat proses perkenalan. Genta menyarankan saat sesi perkenalan, kita tidak hanya memperkenalkan siapa kita tetapi juga apa motivasi kita.
Genta menambahkan, poin yang paling penting dari proses wawancara adalah senyuman. Selain membuat kita tampak ramah, senyum bisa menghindari kesan “bodoh” saat kita tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan. (/ran)