Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ( Fisipol) UGM yang multikultur memberikan urgensi yang mendorong suasana selalu toleran, damai, serta rasa saling menghormati satu sama lain. Bukan hanya terdiri dari mahasiswa yang berasal dari Sabang sampai dengan Merauke, banyak mahasiswa Internasional dari seluruh penjuru dunia yang juga belajar secara berkala di Fisipol UGM. Oleh karenanya, Global Engagement Office (GEO) Fisipol UGM melalui program Cross Cultural Understanding Club (CCUC) mengadakan agenda bulanan yang mempertemukan mahasiswa lokal Indonesia dengan mahasiswa internasional sekaligus menjelajahi kekayaan budaya dan alam di Yogyakarta. Pada bulan ini, dengan agenda yang bertajuk CCUC: Goes to Kaliurang!, GEO mengajak mahasiswa lokal dan Internasional untuk menelusuri budaya dan kekayaan alam di Kaliurang, dari wisata Lava Tour yang menilik sejarah erupsi Gunung Merapi,sampai dengan jelajah budaya di Museum Ullen Sentalu pada Sabtu (17/3).
Kegiatan yang diikuti oleh 16 mahasiswa ini terdiri dari mahasiswa lokal dari berbagai departemen di Fisipol UGM dan mahasiswa Internasional dari berbagai negara. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai Indonesia kepada mahasiswa Internasional sekaligus membangun dialog antara mahasiswa lokal dan mahasiswa Internasional. “Kegiatan Cross Cultural Understing Club yang dibalut dengan kegiatan yang seru dan menyenangkan diharapkan dapat memperkenalkan kekayaan budaya dan alam Indonesia, sekaligus memberikan wadah interaksi antara mahasiswa lokal dan internasional untuk saling mengenal budaya satu sama lainya, sehingga harapanya, dapat saling berbagi pengalaman dan sudut pandang,” ungkap Raissa Almira sebagai Project Officer CCUC.
Kegiatan ini, juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa lokal untuk turut memperkenalkan Yogyakarta. “ Seru banget bisa bertemu dengan berbagai mahasiswa lokal dan internasional di Fisipol sambil ngobrol dan berbagi perspektif mengenai berbagai hal,” ujar Salsabila Imanisa.
Senada dengan Salsabila, Kevin juga menilai kegiatan CCUC sangatlah positif. “Kegiatan CCUC memberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam mengenai apsek historis dan kekayaan alam di Yogyakarta. Walaupun sudah lebih dari 3 tahun belajar di Yogyakarta, namun jujur, belum pernah memiliki kesempatan untuk mengunjungi Museum Ullen Sentalu, yang terkenal akan sejarah dan budaya Jawanya,” jelas Kevin Jatmiko, sebagai salah satu peserta CCUC yang sedang menempuh tahun ke-4 nya di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol UGM.
Kegiatan CCUC diawali dengan jelajah lereng Gunung Merapi melalui agenda Lava Tour. Peserta CCUC diajak untuk melihat sejarah dan dampak yang dihasilkan dari fenomena letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2010 silam. Dengan menggunakan 4 mobil off-road,peserta CCUC mengunjungi 3 kawasan di sekitar lereng Gunung Merapi, yaitu Batu Allien, Museum Merapi, dan tur Sungai. Walaupun diguyur hujan, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta untuk mengikuti CCUC sampai dengan akhir. Selepas bermandi hujan dan mengenal fenomena letusan Gunung Merapi, wisata dilanjutkan ke Museum Ulen Sentalu, yang berjarak 30 menit dari lokasi Lava Tour. Museum Ulen Sentalu memperkenalkan budaya, sejarah dan struktur kerajaan Kraton di Solo dan Yogyakarta, serta aneka peninggalan historis di Jawa.
Menurut salah satu mahasiswa Internasional yang mengikuti kegiatan tersebut, Felipe Correa menilai bahwa CCUC sangat membantu adaptasi dan memberikan pengalaman baru. “Dari kegiatan CCUC saya banyak belajar mengenai Yogyakarta. Selain itu, saya juga mendapat banyak teman baru dan dapat berinteraksi langsung kepada banyak mahasiswa dari berbagai departemen di Fisipol UGM,” ujar Felipe, mahasiswa asal Columbia yang telah menempuh studi di Fisipol selama kurang lebih 7 minggu lamanya. (/fdr)