Yogyakarta, 5 Juni 2021━Badan Semi Otonom DeADline Ilmu Komunikasi UGM berkolaborasi dengan BRI Work menggelar program Webinar AD Talk #2 pada Sabtu (5/6). Pada kesempatan ini, penyelenggara mengajak Redy Pramanjaya dari Hakuhodo Group Agensi H-Three Indonesia untuk membawakan materi dengan topik “Unconventional Advertising: What, Why, and How”. Acara berlangsung melalui Zoom Meeting pada 13.00-15.00 WIB dan dimoderatori oleh Calysta Indira, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019.
Unconventional advertising mulai ramai menjadi bahan diskursus dan ajang mendulang penghargaan sekitar tahun 2007/2008. Unconventional menjadi satu-satunya cara untuk tetap bisa bertahan dengan situasi dan kondisi, berbeda dengan conventional yang tergolong biasa saja dan tidak ada keunikan tersendiri. Beberapa contoh brand yang memiliki perilaku unconventional dan terbukti dapat berkembang sangat besar adalah Apple, Tesla, dan Netflix.
Unconventional atau lawan dari conventional berarti terbebas dari yang umum, berbeda dari kebanyakan, dan orisinil. Berkaitan dengan dunia periklanan, kita bisa membuat unconventional advertising apabila kita berpikir unconventional. Sayangnya, kebiasaan untuk berpikir unconventional masih belum optimal dan belum menjadi keseharian.
“Berbicara tentang unconventional advertising ya kita harus berpikir unconventional setiap hari, harus jadi way of life, jika yang lain ke kanan kita ke kiri, yang lain jalan ya kita coba berlari, pokoknya harus berbeda dari kebanyakan,” kata Redy.
Redy menjelaskan, advertising adalah tentang menemukan poin how to say, what to say, dan medium, dengan cara yang kreatif. Secara redaksional, iklan berarti menciptakan pesan dalam media sebaik mungkin. Pada setiap poin, seharusnya kita dapat mengimplementasikan apa itu unconventional thought dan unconventional idea. Kita harus mencari yang unconventional untuk mengatakan sesuatu, bagaimana mengatakannya, dan apa medianya. Pada intinya, segala sesuatu yang kita ciptakan harus extra ordinary, fresh, unconventional. Hal itu sangat penting dilakukan karena dunia terlalu berisik yang mana semua orang berbicara, sehingga untuk bisa stand out maka kita harus dapat menyampaikan brand dengan melahirkan sesuatu yang unconventional.
Kemudian, terdapat beberapa hal yang harus kita lakukan apabila tertarik dalam dunia periklanan. Pertama, pahami bahwa saat ini medium tidak hanya televisi, tapi semua bisa menjadi medium untuk menyampaikan ide dan pesan kita. Kedua, jangan pernah berhenti belajar dan jangan pernah membatasi diri untuk berlatih.
“Kita harus mulai dengan berpikir yang unconventional dengan cara latihan setiap hari, belajar memahami dan membedakan mana yang conventional dan unconventional, paling mudahnya adalah selalu berpikir kebalikannya,” pungkas Redy. (/Wfr)