Acara yang bertempat di Digital Library Café (Digilib) turut mengundang Prof. Panut Mulyono, rektor Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, program Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) dapat membantu menggulirkan perekonomian Indonesia dengan dimulai dari wilayah desa. “Desa memiliki potensi yang sangat baik melalui pengembangan sumber daya yang tepat. Anak-anak muda di desa seharusnya dapat diutilisasi secara maksimal untuk tidak ber-urbanisasi ke kota, namun perlu diusahakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah. Melalui AKM, diharapkan bukan hanya dapat membantu pemerintah untuk menyelesaikan masalah sosial seperti pengangguran terdidik, namun juga ikut membuka lapangan kerja yang tidak terbatas”, tutur Prof Panut Mulyono.
Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) memiliki fokus dalam pengembangan kewirausahaan pedesaan, menggunakan potensi sumberdaya sarjana terdidik sekaligus menghubungkan mata rantai stakeholders dari universitas, kelompok bisnis dan filantropis, pemerintah pusat maupun daerah, para sociopreneur sukses pedesaan, dan juga kelompok alumni. Program AKM menjadi penghubung dalam mendukung kebutuhan pembangunan desa dengan pihak swasta melalui dukungan sarjana pendamping, mentor usaha, dan sociopreneur desa. Dekan Fisipol UGM menuturkan bahwa AKM memiliki empat fungsi strategis. “Akademi Kewirausahaan berfungi untuk mengembangkan sarjana sebagai pioneer di desa, adanya pendidikan akademi kewirausahaan sebagai tempat belajar masyarakat desa, dan sekaligus mapping dalam mengenal permasalahan dan potensi desa untuk dapat saling belajar membuat ide-ide baru untuk melahirkan potensi usaha. Melalui dukungan stakeholders yang ada, Fisipol Creative Hub juga akan melakukan pengadaan modul-modul pengetahuan untuk mendiseminasikan pengetahuan baru yang diproduksi”,tambah Dr. Erwan.
Dalam sesi tanya jawab yang dilakukan dalam press conference, salah satu pertanyaan yang dilontarkan berupa aspek sustainability dari program AKM. Panut menekankan bahwa sustainability AKM terletak pada bagaimana AKM mampu membangun sistem. “Akademi Kewirusahaan Masarakat tidak semata-mata mendidik sarjana muda, dengan hanya meniru kepakaran para mentor melalui cloning. AKM diharapkan mampu membangun kondisi sistemik, untuk dapat menghubungkan stakeholders dalam merajut mata rantai yg saling terkait. Sehingga, aspek keberlanjutan pun dapat tercapai,” ungkap Prof Panut Mulyono. Menurut Matahari Faransahat, selaku Direktur Fisipol Creative Hub menambahkan pula bahwa dalam era yang sangat dinamis, perguruan tinggi harus beradaptasi dengan pembelajaran yang multidisipliner, tapi juga dengan praktek transdisipliner yang nyata. (/fdr)
“Transdisipliner bukan hanya berarti dengan disiplin ilmu yang lain, namun praktek nyata dengan dukungan prakitisi dan pihak swasta sekalius oleh para stakeholders. Universitas sudah seharusnya mampu beradaptasi dan ikut memfasilitasi perubahan yang terjadi,” tutur Matahari/(fdr)