Pada Rabu pagi (22/2/2017), Departemen Hubungan Internasional bekerjasama dengan Global Engagement Office (GEO) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM mengadakan Ambassadorial Lecture yang diisi oleh HE M. Wahid Supriyadi, Ambassador of Republic of Indonesia to Russian Federation and the Republic of Belarus yang merupakan alumni Universitas Gadjah Mada dari Fakultas Ilmu Budaya. Acara yang dimulai pukul 09:30 ini dimoderatori oleh Muhammad Rum, IMAS (Dosen Departemen Hubungan Internasional). Bertempat di Auditorium Fisipol Lantai 4 Gedung Mandiri, ambassadorial lecture ini dibuka oleh Dekan Fisipol, Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si. Dalam welcome speech, Erwan mendorong peserta untuk mendiskusikan perihal bagaimana menjadi duta besar, peluang-peluang yang dapat dipergunakan terkait dengan posisi Rusia dalam konstelasi perpolitikan global. “Selama ini kita misleading kalau mendengarkan Rusia yang kita bayangkan selalu terkait dengan isu komunis, kemudian terkait dengan spionase,” jelas Erwan.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan M. Wahid Supriyadi selaku narasumber mengenai Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia. Pemaparan diawali dengan sejarah hubungan Indonesia-Rusia yang terlihat dalam sejumlah proyek kerjasama dan benda-benda peninggalan sejarah, seperti Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta (dibangun tahun 1962), yang memiliki kemiripan desain dengan Stadion Luzhniki di Moskow). “Bukan hanya itu, Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta diserahkan sebagai sumbangan pemerintah Uni Soviet kepada pemerintah RI, Patung Tugu Tani, pembangunan Tugu Monas, pabrik Baja Krakatau Steel di Cilegon, Patung Pemuda Senayan. Artefak dari Indonesia terdapat pada sejumlah museum di Rusia seperti Kuntskamera, Peter the Great Museum of Anthropology and Ethnography– di St. Petersburg; the State Museum of Oriental Art- di Moskow dan Museum of the World Ocean di Kaliningrad,” jelasnya.
Beliau kemudian melanjutkan presentasinya dengan menjelaskan era keemasaan pertama hubungan bilateral Indonesia-Rusia. Lebih lanjut beliau menjelaskan, “Kecondongan Soekarno terhadap Uni Soviet pada saat itu dilatarbelakangi kenyataan bahwa Uni Soviet merupakan negara yang memiliki teknologi maju serta mendukung perjuangan Indonesia melawan kolonialisme. Dalam perebutan Irian Barat, Indonesia diperkuat dengan dukungan persenjataan dan pelatihan personel militer oleh Uni Soviet.”
Setelah itu, momentum kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia pada Mei 2016 telah dapat dimaksimalkan untuk membangun dan memperkuat branding Indonesia di kalangan elit dan masyarakat Rusia sekaligus membuka peluang penguatan kerjasama. Tahun 2017 diperkirakan akan menjadi periode yang menjanjikan bagi penguatan hubungan bilateral Indonesia-Rusia di berbagai bidang.
Pada akhir presentasi, M. Wahid Supriyadi memutarkan video singkat Festival Indonesia di Rusia pada tahun 2016 yang bertemakan Visit Indonesia. Dalam video tersebut terlihat antusiasme masyarakat terhadap produk lokal Indonesia seperti kuliner serta tarian daerah. Sebagai hasil tindak lanjut penyelenggaraan Festival Indonesia 2016, terdapat rencana pembentukan “permanent display” produk makanan Indonesia di salah satu pusat grosir besar di Moskow, Food City dan rencana pembukaan penerbangan langsung Garuda Indonesia ke Moskow.
Tak kurang dari 160 peserta hadir dan mengikuti ambassadorial lecture ini yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari Departemen Hubungan Internasional. Setelah presentasi, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan foto bersama. (/dbr)