Seri One Week One Alumni kembali hadir. Kali ini, One Week One Alumni mengundang Anung Anindita, lulusan Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM angkatan 1988. Anung saat ini dikenal sebagai praktisi sumber daya manusia di PT Avrist Assurance. Kegiatan ini mengambil tempat di Gedung BA Ruang 103 pada Kamis (23/11) 2017.
Pada pendahuluannya, Anung menjelaskan bahwa setelah ia tamat dari Departemen Ilmu Pemerintahan pada tahun 1993, ia sempat hidup ‘luntang-luntung’. Tidak punya pekerjaan maupun keinginan untuk melanjutkan sekolah ke strata yang lebih tinggi. Kemudian, keinginannya untuk mendalami Ilmu Politik pada studi sosialisme dan komunisme harus ia kubur dalam-dalam ketika ia mendapatkan beasiswa Bank Dunia. Beasiswa ini mengharuskan Anung untuk mengambil jurusan social sciences. Setelah menimbang, Anung memilih untuk mengambil program diploma jurusan ekonomi di The Economics Institute, University of Colorado, Boulder. Setelahnya, Anung melanjutkan studi master ekonominya di University of Colorado Denver yang ia selesaikan pada tahun 1996.
Mendapat bantuan dari pemerintah untuk studinya, ia terlibat kontrak yang mengharuskannya bekerja di lini pemerintahan Indonesia. Ia kemudian ditempatkan di Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) menjadi seorang labor economist. Keluar dari pemerintahan, Anung menjadi seorang konsultan di Perusahaan Arthur Andersen hingga tahun 2002. Pada titik inilah ia memasuki dunia Human Resources (HR). Setelahnya, berbagai posisi human resources perusahaan kenamaan Indonesia ia jajal. Mulai dari Telkomsel, PT. Holcim Indonesia, PT. Trakindo Utama, hingga perusahaan yang menaunginya saat ini, PT Avrist Assurance, dimana Anung didaulat menjadi Vice President Human Recources.
“Pokoknya, teman-teman jangan takut dengan jurusan yang temen-temen punya sekarang, akhirnya akan tetap bisa berkarya dan bekerja, kok,” ungkap Anung ketika menyinggung hubungan jurusan yang dulu ia tempuh dengan pekerjaannya sekarang.
Anung juga mengatakan bahwa bila ingin mengambil jenjang master, pilihlah ilmu-ilmu terapan yang praktis. Hal ini dikarenakan ilmu seperti ini akan banyak dibutuhkan di lapangan. “Misalnya saja, S2 Komunikasi,” katanya mencontohkan.
Ia juga membagi beberapa tips untuk lulusan program sarjana ketika melamar pekerjaan. “Perusahaan ternama itu, kalau boleh saya bocorkan, menggaji lulusan S1 di angka enam juta rupiah gross (read: kotor),” katanya. Lebih lanjut Anung berpesan bahwa para sarjana tidak boleh gegabah ketika meminta gaji pada perusahaan di awal karir. Menurutnya, hal ini akan mempersulit karyawan ketika ingin melakukan perpindahan pekerjaan. Ini dikarenakan perusahaan lain akan enggan dan sulit untuk menerima. “Hiduplah seperti anak tangga, naiknya pelan-pelan. Sama dengan gaji,” ungkap Anung.
Terkait penghasilan, Anung juga menyarankan agar karyawan tidak berfokus hanya pada mengejar gaji namun performa kerja. Selain bermanfaat pada diri sendiri, dalam banyak perusahaan terdapat performance bonus yang menjanjikan.
Terakhir, ia juga membahas mengenai rumitnya office politics. “Banyak karyawan, namun posisi manajer tidak sebanyak jumlah karyawan,” katanya. Karenanya penting untuk menjaga performa dan kinerja selama bekerja untuk menghadapi kompetisi di kantor. “Jangan korupsi lho yaa,” tutup Anung.