Acara dibuka oleh Duta Besar RI untuk Australia, H. E. Y. Kristianto S. Legowo. Kristianto mengatakan, seminar tersebut sejalan dengan upaya bersama untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia yang selama ini sudah berjalan dengan baik.
Kristianto juga mengapresiasi UGM karena telah mengadakan seminar ini. Menurutnya, UGM merupakan kampus yang bersahabat.
“UGM saat ini menjadi universitas favorit untuk mahasiswa S1 Australia yang belajar di Indonesia,” kata Kristianto.
Dalam pemaparannya, Kristianto menyebutkan terdapat lima elemen untuk membina hubungan baik antara dua negara. Lima elemen tersebut adalah sikap saling menerima, saling percaya, saling memahamki, senantiasa mendukung dan membantu, dan harus mampu menjadi aset bagi satu sama lain dalam rangka memajukan kepentingan nasional.
“Pada kesempatan yang baik ini, saya bisa katakan dengan percaya diri bahwa status hubungan Australia dan Indonesia sangat baik, kita sudah mampu menjadi aset bagi satu dan lain dan sudah memiliki sikap dari lima elemen sebelumnya yang merupakan hasil dari kerja keras kita,” kata Kristianto.
Kristianto berharap hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia akan menjadi hubungan bilateral yang menyeluruh dan mampu memberikan kemanfaatan tidak hanya untuk kedua negara, tetapi juga untuk negara lain, kawasan, dan dunia yang mana sesuai dengan amanah konstitusi.
Selaras dengan Kritianto, H. E. Gary Quinlan selaku Duta Besar Australia untuk RI mengamini bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Australia dalam kondisi yang baik.
Gary kemudian menceritakan sejarah saat Indonesia sedang berjuang untuk kemerdekaan, Australia merupakan pendukung paling kuat Indonesia dalam mendapatkan kemerdekaannya.
“Saat itu Australia bahkan melarang kapal Belanda melintasi perairan Australia untuk menuju Indonesia,” kata Gary.
Menurut Gary, saat ini dunia berubah dengan cepat karena adanya perkembangan teknologi. Segala aspek dalam hidup kita berubah. Mulai dari lapangan pekerjaan, ekonomi, politik hingga sosial.
Gary menambahkan, sebagai negara yang bertetangga, Indonesia dan Australia hidup dalam ekosistem yang serupa. Kedua negara harus bisa saling bekerja sama dalam lima pilar, yakni; people to people, ekonomi, keamanan, politik, dan bagaimana cara bekerjasama dalam menghadapi fenomena ini.
“Indonesia berubah dan berevolusi dengan cepat, Indonesia dan Australia sama-sama negara besar. Pada 2030, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang memimpin perekonomian dunia. Indonesia juga merupakan negara paling sukses dalam melawan terorisme” kata Gary.
Dalam membina hubungan antara kedua negara ke depannya, Gary berharap kedua negara dapat lebih memahami hubungan bilateral satu sama lain, bisnis juga saling memahami dan membuka kesempatan yang lebih baik lagi, dan lebih banyak usaha untuk menghasilkan agreements yang saling menguntungkan bagi satu sama lain.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M. Eng., D. Eng, mengapresiasi acara ini. Menurut Panut, seminar ini merupakan hal yang sangat baik karena kita wajib mengusahakan hubungan Australia-Indonesia yang lebih baik lagi dan mencapai kondisi optimal.
“Kondisi ini dapat dicapai dengan selalu memberikan berbagai informasi dan memberikan kesempatan bagi kedua penduduk negara tersebut untuk saling mengetahui dan memahami budaya, situasi, dan kultur dari kedua bangsa,” kata Panut.
Panut menyampaikan bahwa hubungan bilateral yang baik dapat memberikan keuntungan bagi kedua bangsa. Dalam bidang pendidikan, contohnya, UGM selalu berusaha untuk mendekatkan dan merekatkan kerjasama antara UGM dan Universitas di Australia.
“Kami terus berusaha meningkatkan pertukaran dosen dan guru besar. Kerjasama dalam berbagai penelitian. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh UGM dan universitas di Australia untuk mengeratkan hubungan antara Australia-Indonesia,” kata Panut.
Selain itu, Panut juga menyoroti perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga kerjasama di bidang teknologi menjadi hal yang harus dilakukan. Hubungan yang semakin dekat antara kedua negara dinilai dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan.
“Negara tetangga memiliki berbagai keunggulan dan kedekatan untuk saling bermitra yang dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan kedua bangsa,” kata Panut.
Seminar kemudian dilanjutkan selama tiga sesi dengan topik dan pemateri yang berbeda-beda. Sesi pertama membahas mengenai Dinamika Politik Dalam Negeri Australia. Dilanjutkan dengan sesi mengenai Kondisi dan Kebijakan Perekonomian Australia terkini: Peluang dan Tantangan. Sesi terakhir bertajuk Kehidupan Multikultur Australia dan Perspektif Masyarakat Australia Terhadap Indonesia. (/hsn)