“Kalau startup-nya tidak berawal dari masalah yang dialami banyak orang, startup tersebut tidak akan menjadi startup yang besar,” ujarnya. Sambutan tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemukulan gong untuk menandai dibukanya acara ini secara resmi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow yang dibagi menjadi dua segmen acara. Segmen pertama dimoderatori oleh Herwanto S. Prabowo dari Kasubdit Modal Ventura, Bekraf. Pada segmen ini, terdapat empat pembicara yang diundang keatas panggung, yaitu Syaifullah selaku Direktur Akses Permodalan Bekraf, Muhammad Neil El Himam selaku Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK Bekraf, Eddy Purjanto dari Kamar Dagang Indonesia Yogyakarta, dan Arif Singapurwoko selaku Dosen / Pengelola Inkubator Bisnis UII.
Sebagai pembicara pertama, salah satu hal yang dijelaskan Syaifullah adalah manfaat yang dapat diperoleh apabila bergabung dengan GSI. Setidaknya ada empat keuntungan yang dapat diperoleh dari GSI, yang salah satunya adalah GSI memberi layanan yang gratis dan dapat diakses baik secara online maupun offline. Melanjutkan paparan dari Syaifullah, Neil sebagai pembicara kedua memfokuskan bahasannya mengenai cara mencari peluang ekonomi kreatif di Indonesia. Beliau menekankan pada pentingnya kemampuan masyarakat untuk bisa mendefinisikan masalah dan kegagalan. “Selama ini kita di sekolah selalu diajarkan untuk bagaimana menyelesaikan soal, matematika contohnya. Namun pernahkah kita diajarkan untuk membuat soalnya? Dimana saat kita mampu membuat soal, berarti kita mampu mendefinisikan masalah,” ujarnya.
Saat tiba gilirannya, Eddy mengatakan bahwa pengusaha lokal harus menjadi fokus dalam usaha startup. Hal yang penting untuk dilakukan adalah bagaimana cara menggugah para pengusaha lokal untuk mau bergabung, karena apabila tidak demikian, startup hanya akan dikuasai dan dimiliki oleh pihak asing semua. “DIY gudangnya orang kreatif, tapi kalau mau besar ya agensinya di Jakarta. Hal seperti inilah yang jangan sampai terulang,” ujarnya. Setalh Eddy, talkshow dilanjutkan oleh Arif yang menekankan pada pentingnya memulai startup dan memastikan startup tersebut dapat bertahan hidup. Arif juga menjelaskan tahapan-tahapan merintis usaha startup yang diawali dengan membentuk suatu tim hingga mencari wadah untuk mempresentasikan ide. “Bekraf sudah membuat ekosistem yang luar biasa untuk bisa menghidupkan startup,” pungkasnya.
Pemaparan Arif sekaligus menjadi penanda selesainya segmen talkshow pertama yang kemudian diisi dengan sesi tanya jawab. Setelah sesi tanya jawab selesai, Bowo kembali menjadi moderator dalam segmen kedua yang juga mengundang empat pembicara. Fanky Miswar selaku pembicara pertama dari CDC dan Strategic Partership GENI menjelaskan bahwa organisasinya adalah tempat yang memberdayakan mereka yang memiliki ide tapi tidak memiliki modal dengan mereka yang memiliki modal tapi tidak tahu harus melakukan apa. Organisasinya membimbing mereka yang mau belajar mengenai startup dan mulai terjun ke bisnis startup. Pembicara selanjutnya adalah Reza M. Anwar selaku Kepala Teknologi EMURGO Indonesia. Pada kesempatannya, Reza berfokus pada bahasan mengenai teknologi Blockchain. Blockchain sendiri merupakan teknologi yang menghilangkan pihak ketiga dalam transaksi modern yang dilakukan. Sedangkan EMURGO adalah perusahaan yang menginkubasi usaha startup yang bisnisnya menggunakan Blockchain.
Talkshow ini kemudian dilanjutkan oleh Alan Fatih dari IDX Incubator. Dirinya mengatakan bahwa jumlah startup di Indonesia cukup banyak, namun tingkat kegagalannya juga tinggi. Oleh karena IDX hadir untuk membantu mengembangkan, menangkap kesempatan, dan melihat peluang kolaborasi perusahaan. Pembicaraannya kemudian disambung oleh Siti Ardigiani dari Venture Capital Officer Jateng Ventura. Siti menjelaskan bahwa kantornya merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin merintis usaha startup dari nol. Nantinya, Ventura akan memberikan modal dan sekaligus pendampingan kepada mereka yang ingin membangun usaha startup.
Talkshow ini memberikan pemahaman baru mengenai dunia startup di Indonesia yang semakin berkembang pesar. Yogyakarta sendiri, meskipun memiliki banyak aktivis kreatif tetapi masih kurang dalam mengembangkan bisnisnya. Bekraf di sini berupaya memberikan solusi bagi startups di Indonesia dengan membangun ekosistem yang sehat, dimana startup bisa mendapatkan mentoring sekaligus berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait. (/Jkln)