Abad ke-21 digadang-gadang sebagai Abad Asia. Tren demografi dan ekonomi bergeser dari Barat ke Asia. Pergerakan ini diikuti oleh dominasi politik dan kultur Asia yang mendunia. Ternyata, fenomena ini juga direpresentasikan oleh pilihan negara tujuan mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan pascasarjananya. Universitas-universitas di Amerika Serikat, Australia, dan Eropa kini harus bersaing ketat dengan berbagai universitas di Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Cina.
Dua pengajar dari Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP), Novi Paramita Dewi dan Pradhikna Yunik Nurhayati, mewakili antusiasme tersebut. Dalam seri Scholarship Talk bertema “Memburu Beasiswa ke Benua Asia” yang diadakan Career Development Center (CDC), Senin (26/2), Novi dan Yunik berbagi pengalaman dan bermacam kiat mendapatkan beasiswa, bertahan hidup di luar negeri, dan sukses studi.
Apa saja kiat-kiatnya?
Beasiswa
Belajar di luar negeri tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, beasiswa menjadi esensial untuk mendukung penyelesaian studi secara finansial. Yunik, yang saat ini sedang menempuh studi PhD di National Cheng Kung University, Tainan, Taiwan, memiliki beberapa kiat sukses memperoleh beasiswa.
1. Bangun portofolio
Beasiswa bukanlah usaha yang selesai dalam satu malam. Selama masa kuliah, sebaiknya kita mengikuti berbagai kegiatan akademik dan non-akademik seperti riset dan organisasi untuk memperoleh lebih banyak pengalaman dan pengetahuan. Harapannya, saat menjadi kandidat beasiswa, kita akan memiliki nilai plus.
2. Be humble, but confident
Agar mendapatkan beasiswa, diharapkan kita bisa memiliki pengetahuan yang mumpuni tanpa perlu memamerkannya. Jika tidak mengerti sesuatu, kita harus mau belajar. Sikap ini akan mendukung dalam perolehan beasiswa, yaitu komitmen untuk bekerja keras dan belajar.
3. Be flexible and open-minded
Beasiswa itu “jodoh-jodohan”. Kadang kita menginginkan beasiswa A, tetapi mendapatkan B. Penting untuk membuka diri pada semua peluang yang ada karena terdapat kemungkinan yang tidak terbatas akan hal-hal baru di luar sana.
4. Habiskan jatah gagal
Jangan takut gagal. Penting untuk merasakan gagal. Perasaan itu akan mengingatkan kita di kemudian hari bahwa perjuangan mendapatkan beasiswa tidak mudah. Selain itu, akan membentuk karakter pribadi yang kuat.
5. Jangan malas mencari informasi
Jadilah mandiri, cari informasi sebanyak-banyaknya tanpa merepotkan orang lain. Saat ada informasi yang sifatnya lebih personal (contoh: pengalaman pribadi), baru bertanyalah pada orang yang tahu.
Jika kiat-kiat tersebut sudah kita lakukan, niscaya what’s for you, it won’t pass you by. Rezeki pasti akan datang kepada mereka yang berjuang.
Bertahan Hidup
Seperti para mahasiswa yang merantau untuk belajar di FISIPOL, kita perlu beradaptasi dengan bahasa, makanan, hingga kultur setempat saat kuliah di luar negeri. Bagaimana cara sukses beradaptasi?
1. Kontak Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Kontak dengan PPI lokal akan membantu kita beradaptasi di lingkungan baru. Saat masih merasa sendirian dan asing, PPI dapat membawa suasana Indonesia bagi kita. Cari teman dan bangun jejaring.
2. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang kehidupan di negara tujuan
Caranya tidak sulit, tonton video-video di YouTube, googling sebanyak-banyaknya tentang gaya dan biaya hidup, atau baca blog orang-orang yang sudah belajar di sana.
3. Make friends
Bukan hanya lewat PPI, penting untuk berteman dengan orang-orang dari negara lain. Ambil kelas bahasa negara yang dituju. Pengalaman Yunik belajar Bahasa Mandarin dan Novi belajar bahasa Korea, membantu mereka untuk mengenal lebih banyak teman baru.
4. Cari kegiatan selain belajar
Melakukan kegiatan yang kita suka, seperti olahraga dan bermusik, membantu mengurangi kepenatan belajar serta membantu bersosialisasi.
5. Homesick
Tiga bulan pertama akan menjadi masa yang paling berat. Untuk mengatasinya, Yunik dan Novi menyarankan agar kita membawa sambal sachet atau cabe serbuk ke mana-mana untuk mengingatkan cita rasa “rumah” di tengah makanan-makanan yang kebanyakan hambar.
Menyelesaikan Studi
Memulai kuliah dari semester pertama hingga menyelesaikan tesis atau disertasi bukan perkara mudah, oleh karena itu, penting untuk memerhatikan beberapa hal.
1. Supervisor adalah kunci
Supervisor adalah orang yang akan sangat menentukan kelancaran studi. Berbaik-baiklah dengannya dan manfaatkan bimbingannya sebaik mungkin untuk membantu proses belajar. Perlu juga untuk menjaga hubungan yang baik dengan supervisor. Budaya ketimuran masih kental di Asia, tetapi supervisor biasanya lebih ramah kepada mahasiswa asing.
2. Manfaatkan fasilitas kampus
Lakukan sebaik mungkin. Gunakan akses jurnal, kenyamanan perpustakaan, hingga taman atau gym untuk menjaga kesehatan jasmani dan kesegaran pikiran.
3. Hafalkan gaya belajar
Hindari SKS (sistem kebut semalam). Pahami gaya belajar diri sendiri sehingga bisa efektif. Jangan lupa turuti tuntutan tubuh, saat lelah lebih baik istirahat dan tidur. Saat penat belajar, jangan segan untuk menghibur diri.
4. Banyak berdoa
Di Taiwan dan Korea Selatan, jumlah penduduk yang beragama tengah berkurang. Oleh karena itu, Novi, lulusan KDI School di Sejong City, Korea Selatan, menyatakan, mendekatkan diri secara rohani pada Sang Pencipta membantu menjaga ketenangan hati. Selain itu, belajar menjadi minoritas, baik dalam hal keimanan dan kebangsaan, akan membantu kita bertoleransi. (/KOP)