Yogyakarta, 20 Mei 2019—Asean Studies Center (ASC) Fisipol UGM mengadakan Bincang ASEAN bertajuk East Timor’s Accession to ASEAN; Prospects and Challenges. Bertempat di Ruang BB 208 Fisipol UGM, diskusi ini mengundang Dio Herdiawan Tobing, S.IP, L.LM, salah seorang peneliti ASC, sebagai pembicara.
Diskusi dimulai dengan membicarakan mengenai hubungan antara Indonesia dengan Timor Leste. Setelah merdeka sampai sekarang, kondisi politik dan pemerintahan di Timor Leste dianggap masih belum stabil. Menurut Dio, salah satu isu penting yang masih disorot di Timor Leste adalah permasalahan HAM. “Contohnya media di Timor Leste. Media di sana itu sangat terbatas dan dikontrol oleh partai. Channel TV Indonesia banyak masuk di Timor Leste dan jumlahnya lebih banyak dari channel TV milik Timor Leste,” kata Dio.
Secara geografis, Timor Leste terletak di wilayah Asia Tenggara, tetapi, Timor Leste belum menjadi bagian dari ASEAN. Secara resmi, Timor Leste sudah mendaftar untuk keanggotaan ASEAN sejak 2011. Dio menjelaskan, sebelum secara resmi mendaftar, pada tahun 2002 Timor Leste telah mendapatkan kemerdekaannya dan statusnya sudah diakui oleh ASEAN. Lalu pada tahun 2005, Timor Leste menjadi bagian dari ASEAN Regional Forum. Di 2007, Timor Leste berhasil mendapatkan Treaty of Amity and Cooperation, salah satu sertifikasi yang perlu dipenuhi untuk menjadi bagian dari ASEAN.
Setelah lebih dari 8 tahun mendaftar, Timor Leste masih belum mendapatkan statusnya sebagai anggota ASEAN. Dio menjelaskan, hal ini karena masih terdapat pro dan kontra antar anggota ASEAN mengenai keanggotaan Timor Leste. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara utama yang paling mendukung keanggotaan Timor Leste atas ASEAN. Di sisi lain, Singapura dan Laos masih belum setuju jika Timor Leste menjadi bagian dari ASEAN.
“Singapura dan Laos tidak setuju Timor Leste menjadi bagian dari ASEAN karena mereka menganggap Timor Leste belum siap secara ekonomi. Padahal, Timor Leste jika dilihat secara ekonomi bukan yang paling terbelakang di ASEAN,” jelas Dio. Secara Gross Domestic Product (GDP), Timor Leste berada di urutan ketiga dari bawah. Masih terdapat 2 negara lain yang angka GDP nya berada di bawah Timor Leste.
Salah satu misi ASEAN saat ini adalah mengurangi kesenjangan ekonomi antar negara, dengan masuknya Timor Leste, Singapore dan Laos menganggap, beban ASEAN akan semakin bertambah. “Mereka berargumen bahwa tidak akan ada kekuataan lebih atau kekuataan tambahan dengan masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN,” kata Dio. Dio mengatakan, Menteri Luar Negeri Timor Leste mengakui bahwa sudah ada kesadaran untuk mempercepat proses keanggotaan ASEAN. Tetapi, Timor Leste tidak menutup kemungkinan opsi-opsi lain untuk berkembang secara politik luar negeri dengan cara mencari keanggotaan dari organisasi internasional lainnya.
Menurut Dio, terdapat dua poin mengapa Timor Leste memiliki kesempatan yang baik untuk menjadi anggota ASEAN. Pertama, Timor Leste merupakan negara demokratis. Meskipun dianggap masih rapuh dan belum stabil, tetapi Timor Leste cukup berani untuk menjadi negara demokratis. “Kedua adalah Timor Leste tidak akan menjadi anggota ASEAN yang berada di urutan paling bawah atau bahkan kedua dari bawah. GDP nya Timor Leste bukanlah yang paling buruk,” kata Dio.
Tetapi, Dio menjelaskan, kesiapan Timor Leste secara institusional juga masih dipertanyakan. Hal ini mengingat dalam satu tahun ASEAN dapat mengadakan 1000 pertemuan. Sedangkan, Kementerian Luar Negeri Timor Leste hanya memiliki 250 diplomat yang standby di Timor Leste. Pertanyaannya adalah apakah Timor Leste siap mendatangi semua pertemuan yang ada? Ditambah lagi kapasitas individu yang belum semuanya memadai. Menurut Dio, hal ini menjadi sulit karena harus merombak keseluruhan institusional.
Dio mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara yang mendukung penuh keanggotaan Timor Leste di ASEAN dapat menawarkan bantuan finansial. Salah satunya seperti menurunkan harga tiket pesawat saat ada pertemuan ASEAN. Dio juga mengatakan meskipun Timor Leste pernah menjadi bagian dari Indonesia, tetapi, kita harus selalu melihat ke depan dan membina hubungan baik dengan Timor Leste. Salah satunya diwujudkan melalui Indonesia-Timor Leste Commission of Truth and Friendship. (/hsn)