Yogyakarta, 17 April 2020—Korps Mahasiswa Politik Pemerintahan (Komap) FISIPOL UGM kembali mengadakan kegiatan Cangkeman “Bincang KOMAP dan Teman-teman”. Kegiatan yang sudah berlangsung selama tiga kali selama masa Pandemi tersebut dilaksanakan melalui live instagram. Dipandu oleh Kurnia Ikhsan sebagai Dirjen Internal Komap, Cangkeman #3 ini membahas mengenai kuliah online dan Work From Home (WFH) bersama Azifah R. Astrina, salah satu dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM.
Dosen yang akrab disapa Mbak Ina tersebut berbagi cerita mengenai suka duka sebagai dosen dalam menghadapi situasi perkuliahan online saat ini. Menurutnya, awal munculnya kebijakan WFH membuat banyak dosen kewalahan dan agenda kuliah yang cukup amburadul. Selain itu, kendala teknis juga menganggu awal proses perkuliahan online. “Kadang ada suara ayam, atau ada mahasiswa yang baru bangun tidur,” imbuhnya. Namun, Ina menyampaikan bahwa hal tersebut bukan menjadi masalah besar karena pada akhirnya justru menjadi hiburan mahasiswa dan dosen ketika perkuliahan online.
Selain itu, Ina juga sempat menyampaikan keluhannya mengenai mahasiswa yang tidak mau menunjukkan wajahnya ketika kuliah online. “Kuliah online itu rasanya udah kosong ya, apalagi sedih kalau pada gamau munculin muka,” lanjutnya. Sehingga, meskipun kondisi WFH, dosen dan mahasiswa bisa merasa lebih lelah karena proses perkuliahan tidak semenarik biasanya. Menanggapi hal tersebut, Ikhsan menyampaikan beberapa alasan mahasiswa yang tidak mau menyalakan pengaturan videonya. Salah satunya yaitu kuota Webex yang terlalu berat. Hal tersebut juga menjadi salah satu keluhan sebagian mahasiswa selama kuliah online. Di satu sisi, dosen ingin tetap berinteraksi secara penuh, namun di sisi lain mahasiswa terbatas akan fasilitas kuota dalam mengakses platform untuk kuliah online.
Maka dari itu, bantuan pulsa dari fakultas dijelaskan oleh Ina sebagai salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Ia juga mengaharapkan agar mahasiswa tetap bersabar dalam menunggu bantuan tersebut. “Tidak hanya dosen dan mahasiswa, semua tendik juga WFH jadi mohon bersabar jika ada keterlambatan,” jelasnya. Ia juga menjelaskan bahwa proses surat menyurat atau administrasi akan tetap dilayani baik oleh departemen maupun fakultas.
Disamping berbagai keluhan dan kendala tersebut, Ina juga menyampaikan hal baik yang ia temukan selama kuliah online. Saah satunya yaitu ada sebagian mahasiswa yang dinilai lebih aktif ketika kuliah online daripada kuliah tatap muka secara langsung. Kemudian ia juga menyampaikan bahwa mahasiswa tidak perlu mengkhawatirkan penilaian mata kuliah. “Kalau mengikuti kuliah, mengerjakan tugas, dapat kelompok ya pasti lulus lahh,” tegasnya. Hal tersebut ia sampaikan karena kondisi yang saat ini terjadi merupakan kondisi “istimewa” yang tidak pernah diharapkan semua orang.
Selain berbincang menganai suka duka kuliah online dan WFH, melalui kolom komentar, interaksi antara dosen dan mahasiswa DPP sangat aktif. Mulai dari membahas rencana S3, hobi, musik, buku dan latar belakang Ina untuk menjadi tenaga pengajar. Menurutnya, kebahagiaan menjadi dosen adalah ketika melihat progress mahasiswa dari semester pertama hingga semester akhir. Dosen yang memiliki fokus kajian pada politik perbatasan itu juga sempat menceritakan beberapa pengalamannya ketika riset di lapangan.
Ina juga menyampaikan agar seluruh mahasiswa yang tengah beradaptasi dengan segala perubahan untuk tetap semangat dan menjaga kesehatan. Menurut Ina, penting sekali interaksi antara mahasiswa dan dosen dalam Bincang Komap kali ini. Hal tersebut penting agar mahasiswa tahu bahwa mereka tidak sendiri. “Walaupun jauh, kampus akan tetap menjadi rumah kedua, dan dosen akan tetap menjadi guru, orang tua dan sahabat saat mereka membutuhkan,” pungkasnya. (/Ann)