Yogyakarta, 26 Agustus 2024─Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada menghadirkan kuliah tamu dengan tema “Failure in Social Life: Perspectives From Sociology, Policy Studies, and Critical Urban Theory”. Kuliah yang dilaksanakan secara daring melalui platform zoom pada Senin (26/08) ini menjadi kuliah pertama dari rangkaian perkuliahan yang mengupas diskursus tentang failure dalam ilmu sosial. Kuliah ini menghadirkan Adriana Mica, Ph.D dari University of Warsaw dan Dr. Muhammad Supraja dari Universitas Gadjah Mada.
Adriana membuka kelas pertama dengan pengenalan mengenai diskursus baru ini. Adriana menyatakan bahwa kegagalan (failure) perlu dimaknai tidak hanya dari pandangan neoliberal saja, tetapi juga dari pandangan lain yang lebih luas. Kegagalan menurutnya dapat dimaknai sebagai pintu untuk menuju perubahan dan inovasi yang lebih baik lagi. “Kegagalan tidak hanya dimaknai sebagai ketidaklengkapan, ketidaksuksesan, tetapi kegagalan perlu dimaknai sebagai sumber pembelajaran dan resources bagi manusia sebagai pemain dalam hidupnya untuk terus maju kedepan,” jelasnya.
Adriana juga menekankan bahwa sebagai individual, penting untuk kita memiliki kapabilitas dan resiliensi dalam menghadapi kegagalan. Ia mengutip beberapa buku yang kemudian ia simpulkan keterkaitan antara kesuksesan dan kegagalan itu sendiri. Untuk mencapai sebuah kesuksesan, sering kali kita perlu berhadapan dengan kegagalan dan terus bertahan serta mengembangkan diri. “Kita hanya perlu terus bertahan dan terus berkembang sedikit demi sedikit, kita hanya perlu stay at the game dan tidak menyerah,” terangnya.
Ia menyampaikan bahwa konsep failure berkaitan dengan masa depan khususnya dalam menghadapi krisis. Seperti yang sudah terjadi semasa pandemi COVID-19, terdapat berbagai failure yang terjadi seperti banyak individu yang memilih untuk tidak melakukan apa yang sudah dihimbaukan untuk kepentingan bersama. Selain itu, ia juga menyampaikan bagaimana failure itu terjadi ketika pemerintah tidak mampu mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan mereka. Terlebih ketika terdapat hidden agenda oleh elit politik yang tidak berdasar pada kepentingan publik.
Kuliah ini menjadi manifestasi Fisipol UGM untuk terus mengupayakan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan poin 4 tentang pendidikan berkualitas. (/w)