Bagi sebagian besar penikmat dan pecinta, kopi bukan hanya persoalan minuman di kala santai, tetapi juga menyimpan banyak cerita mulai dari sejarah hingga proses produksinya. Hal ini disampaikan oleh para Digilib’s Barista Superstars, diantaranya adalah Raindy Nada Samudera, Indra Jumanta Arumi, Rezki Fil Ardianto pada acara yang bertajuk “Fun Cupping and Manual Brewing for Ladies” (03/02).
Bertempat di Digilib Cafe Fisipol UGM, para Digilib’s Barista Superstars ini menjelaskan secara bergantian bagaimana perjalanan kopi hingga bisa dinikmati seperti sekarang. Raindy mengungkapkan bahwa kopi sendiri ditemukan pertama kali oleh seorang penggembala kambing bernama Kaldi di dataran tinggi Ethiopia. “Saat itu Kaldi mendengar salah satu kambingnya mengembik, ternyata kambing itu memakan ceri kopi dan itu membuat kambingnya menjadi aktif,” ungkapnya. Namun, Raindy menekankan bahwa cerita sejarah kopi sendiri bisa dikatakan sebagai sebuah dongeng yang bersifat turun-temurun. Hal ini mengingat kebenaran cerita-cerita tersebut belum dibuktikan secara ilmiah.
Pada perkembangan selanjutnya, kopi disebarluarkan ke berbagai wilayah oleh pedagang Arab. Di Eropa, kopi sempat menjadi simbol pemberontakan para pekerja. “Pada titik ini kopi dilarang di Eropa karena banyak yang beranggapan bahwa pemberontakan sering datang dari sebuah kedai kopi,” paparnya. Sedangkan, di Indonesia kopi dibawa pertama kali oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) saat masa penjajahan Belanda.
Indra melanjutkan, untuk jenis kopi yang berkembang saat ini terdapat dua jenis yaitu Arabica dan Robusta. Dua jenis kopi ini tentu memiliki karakter dan keunikannya masing-masing. Arabica memiliki kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan jenis Robusta. Menurut Indra, tanaman kopi Arabica juga cenderung lebih sulit tumbuh dibandingkan dengan jenis Robusta. Hal ini dikarenakan jenis Arabica hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, yaitu sekitar 1.200 mater di atas permukaan air laut. Oleh karena itu, kopi jenis Arabica lebih mahal dibandingkan dengan jenis Robusta. “Di Indonesia jenis Arabica masih jarang ditanam karena memang sulit. Saat ini memang masih didominasi oleh jenis Robusta. Oleh karena itu, Indonesia menjadi pengekspor tertinggi ke empat untuk jenis kopi Robusta,” tambahnya.
Sedangkan, dari segi rasa (taste) dari kopi memiliki empat taste basics, yaitu sweet, sour, bitter, dan salty. Raindy mengungkapkan, dari empat taste basics ini berkembang menjadi beberapa rasa seperti fruity, alcohol/fermented, green, cereal, roasted, cocoa, nutty, dan banyak lagi. “Jenis Arabica memiliki cita rasa lebih kompleks, seperti asam, ada fruity, chocolate, ada spicy juga. Sedangkan, Robusta cita rasanya lebih pahit, tajam, dan keras,” jelasnya.
Rezki menambahkan, rasa yang dihasilkan baik itu Arabica maupun Robusta juga tergantung pada proses pengolahannya. “Jika proses pengolahannya salah, maka rasa maupun zat yang seharusnya ada atau tidak ada bisa saja muncul atau hilang karena pengolahan yang kurang tepat,” ungkapnya. Setidaknya terdapat sembilan proses agar kopi bisa dihidangkan dengan rasa yang nikmat, yaitu harvesting (panen kopi), depulping (pengelupasan kulit kopi), fermenting, sorting, hulling (proses penggilingan menjadi beras kopi), drying (proses pengeringan), roasting (proses penyangraian), quality testing, dan brewing (proses penyeduhan). Rezki menjelaskan bahwa untuk sekarang ini proses penyeduhan yang paling terkenal adalah manual brewing (metode penyeduhan secara manual). Proses ini biasanya menggunakan alat seduh yang bernama v60. (/ran)