Yogyakarta, 4 Juni 2021━Dalam rangka menjalankan kegiatan di bidang edukasi dan sosialisasi terkait kekerasan seksual, FISIPOL Crisis Center menyelenggarakan FCC Talk kedua bekerja sama dengan LPPM Sintesa pada Jumat (4/6). Bertajuk “Bukan Laki-laki Biasa: Maskulinitas Beracun dan Peran Laki-laki dalam Mewujudkan Ruang Aman di Kampus”, FCC Talk kedua ini dipandu oleh tiga pembicara, yaitu Puspa dan Yosep dari Divisi Edukasi dan Sosialisasi FISIPOL Crisis Center, serta Arum dari Divisi Pengembangan Internal LPPM Sintesa.
Membicarakan maskulinitas beracun, pada bulan Maret lalu, LPPM Sintesa baru saja mengadakan diskusi ‘SINDIKAT’ yang membahas tentang keberlangsungan maskulinitas beracun yang masih langgeng di masyarakat hingga saat ini. Arum memaparkan bahwa berdasarkan hasil diskusi, fenomena maskulinitas beracun bisa bertahan karena memiliki keterkaitan erat dengan budaya seksisme, patriarki, dan pandangan-pandangan jender yang hegemonik lainnya.
Adanya maskulinitas beracun ini akhirnya memunculkan miskonsepsi-miskonsepsi baru, salah satunya terkait dengan kemungkinan laki-laki untuk menjadi korban kekerasan seksual. Padahal, menurut Yosep, kekerasan seksual muncul karena adanya relasi kuasa, terlepas dari identitas gender seseorang. Sehingga, selama terdapat ketimpangan relasi dalam suatu hubungan, laki-laki pun memiliki kemungkinan yang sama seperti perempuan dalam mengalami kekerasan seksual.
Ditambah lagi, maskulinitas beracun juga berhubungan dengan ekspektasi serta stereotip jender yang ada di masyarakat. Selama ini, konsep maskulinitas yang berkembang di masyarakat menjadi gambaran ideal atas sifat laki-laki. Oleh sebab itu, laki-laki pun menjadi terdorong untuk menafikan perasaan mereka, dan malah terdorong untuk mengekspresikan perasaannya lewat kekerasan. Hal ini juga menjadi kendala saat laki-laki mengalami kekerasan seksual. Para korban laki-laki justru akan mengalami penghinaan dan mendapat ejekan saat melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya, sebab dianggap tidak sejak dengan ‘maskulinitas’ yang berkembang di masyarakat.
Jika ditarik lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa terdapat urgensi dan peran penting laki-laki dalam mewujudkan ruang aman di kampus. Baik Yosep, Puspa, maupun Arum saling memberikan pandangannya terkait isu ini dengan menyertakan contoh-contoh konkret yang dapat memperjelas pemaparan.
Para penonton yang menyaksikan siaran langsung Instagram FCC Talk kali ini juga menunjukkan antusiasme yang tinggi dengan banyak memberikan pertanyaan melalui kolom komentar. Sama seperti dua topik utama yang dibahas pada awal acara, pertanyaan-pertanyaan yang masuk pun dijawab secara bergantian oleh ketiga pembicara. Tayangan ulang dari FCC Talk kedua dapat disaksikan di kanal IGTV FISIPOL Crisis Center. (/hfz)