Buku “Komunikasi Autopoiesis” Hadirkan Refleksi Kritis atas Dinamika Sosial di Era Digital

Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM menggelar bedah buku “Komunikasi Autopoiesis: Sebuah Pengantar Memahami Perspektif Sistem Niklas Luhmann” karya Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si., yang berlangsung di Auditorium Lantai 4 FISIPOL UGM. Kegiatan ini dimoderatori oleh Dr. Muhamad Sulhan dan menghadirkan Prof. Dr. Atwar Bajari dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran sebagai pembahas utama. Dalam suasana diskusi yang intens namun hangat, forum ini menjadi ruang produktif untuk menelaah bagaimana teori komunikasi kontemporer dapat menawarkan kerangka berpikir baru terhadap masyarakat modern yang semakin kompleks dan saling terkoneksi.

Mengulas pemikiran Niklas Luhmann—sosiolog Jerman yang dikenal dengan teori sistem sosial—diskusi menyoroti bagaimana komunikasi bukan sekadar alat tukar pesan, melainkan inti dari terbentuknya masyarakat sebagai sistem yang otonom. Dalam pandangan ini, masyarakat dilihat bukan sebagai kumpulan individu, melainkan sebagai jaringan komunikasi yang saling mereproduksi melalui proses autopoiesis—mekanisme yang memungkinkan sistem menciptakan, memelihara, dan mengembangkan dirinya sendiri secara berkelanjutan. Buku ini mengajak pembacanya untuk menyelami tiga tahap utama komunikasi: informasi, pengungkapan, dan pemahaman, serta menelaah peran media massa dalam membentuk konstruksi realitas sosial. Lewat pendekatan sistemik, Prof. Hermin menyoroti pentingnya pemahaman kritis terhadap relasi media, masyarakat, dan produksi makna di tengah arus informasi yang serba cepat.

Kegiatan ini tidak hanya memperkaya diskursus keilmuan dalam bidang komunikasi, tetapi juga memperkuat relevansinya dalam menjawab tantangan global saat ini, terutama dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Bedah buku ini berkaitan erat dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) karena mendorong pembelajaran kritis berbasis teori kontemporer; SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan) melalui upaya memahami struktur sosial dan komunikasi dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif; serta SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh) dengan menekankan peran komunikasi dalam membangun institusi sosial yang transparan dan responsif. Dengan demikian, acara ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap pertukaran pesan, terdapat struktur sosial yang terus berkembang, dan memahami mekanisme di baliknya adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih reflektif, adaptif, dan adil.