CANGCIMAN #4: Modus Islami “Anna-uhibbuka-fillah”

Yogyakarta, 28 Agustus 2020—Jamaah Muslim Fisipol kembali menyelenggarakan kajian CANGCIMAN atau changing better while charging iman yang ke-empat pada Jumat pagi (28/8). Acara yang hanya diperuntukkan untuk kaum perempuan ini digelar melalui platform Whatsapp Group. Pada kesempatan kali ini, tema yang diangkat adalah “Anna-uhibbuka-fillah”: Mengatasnamakan Islam sebagai Jalan Pacaran. Lady Farhana, S.Psi., M. Psi, marriage and relationship goal’s enthusiasts, hadir sebagai pemantik diskusi. Acara dimulai pukul 10.00 WIB dan dimoderatori oleh Lia Z. Khusna, Staff Kemuslimahan JMF 2020.

‘Anna-uhibbuka-fillah’ atau yang berarti ‘aku mencintaimu karena Allah’, seringkali dijadikan modus bagi kaum ikhwan (kaum laki-laki) untuk mendekati akhwat (kaum perempuan). Kalimat-kalimat bernuansa islami, seperti “Assalamu’alaikum ukhti, salam ukhuwah”, “Boleh ta’aruf?”, “Masya Allah statusnya bagus ukhti”, “Kalau ada masalah, sharing aja ukh”, “Pengen silaturahmi sama ukhti, tapi di tempat netral” dan sebagainya kerap menjadi bahan obrolan para ikhwan ketika berkirim pesan kepada akhwat. Bahkan, adapun yang tidak tanggung-tanggung mengirim pesan menggunakan bahasa arab dengan beberapa ayat Al-Qur’an. Ada pula kata-kata pujian seperti “Masyaallah…postingannya sangat memotivasi” dan sejenisnya menjadi kunci modus para ikhwan untuk melelehkan hati akhwat, atau istilah kerennya ‘baper’ (bawa perasaan).

Fenomena modus tersebut tidak lepas dari hijrah dan fenomenanya yang terjadi di masyarakat sehingga banyak yang mengatakan dirinya hijrah dari yang buruk ke yang baik, misal dari yang awalnya suka pacaran bertahun-tahun akhirnya dia ngaji, merubah penampilannya, menjaga perkataannya, dan sebagainya. Tak terkecuali mengganti cara modus dengan kata-kata yang lebih syar’i. Memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun terkadang masih banyak orang yang belum bisa memaknai hijrah yang sebenarnya. Secara bahasa, hijrah berarti berpindah. Berpindah dari yang buruk ke yang baik dan dari yang awalnya stagnan menuju yang progresif. Lady mengatakan bahwa hijrah adalah suatu keniscayaan dimana semua orang wajib untuk berhijrah, jika tidak maka dia akan tertinggal. Seseorang yang berhijrah merasa tidak puas dengan kualitas diri sehingga akan merubah diri tambah lebih baik. “Hijrah itu adalah proses terus-menerus untuk memperbaiki diri, cara berpikir dan bersikap, itulah yang menandakan kualitas diri kita, tidak hanya sebatas mengganti sapaan ‘ana’ ‘antum’ dan sebagainya yang menandakan bahwa kita ini sekarang sudah mulai Islami, tidak hanya sebatas itu,” tutur Lady.

Lalu, bagaimana dengan hijrah kita? Hijrah jangan hanya dimaknai berpindah secara fisik dari satu tempat ke tempat lain, atau secara fisik berubah dan kata-kata lebih Islami, tetapi juga berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain. Disini, Lady menjelaskan beberapa cara hijrah yang benar, diantaranya:

  • memperbanyak ilmu dengan banyak hadir di majelis ilmu. pelajari aqidah, akhlak, dan muamalah.
  • memperbanyak amal baik
  • meninggalkan keburukan
  • semakin menunjukkan keislaman kita dengan akhlak yang baik
  • hijrah itu proses seumur hidup kita
  • jangan banyak menonton/ follow yang bikin baper
  • fenomena hijrah harus kita sambut
  • jangan membiasakan judgement
  • fokus kita untuk berlomba dalam kebaikan

 

Adapun cara menghadapi Ikhwan modus, yaitu:

  • Jangan membuka pintu dan juga respon
  • Jangan mudah baper
  • Jangan membalas pesan yang tidak penting
  • Jika memang sudah siap lahir batin untuk menikah cukup izinkan dia untuk datangi wali
  • Jadilah pribadi berkelas dengan kualitas ilmu dan iman sehingga ikhwan pun akan segan, bukan malah ‘memain-mainkan’

 

Setelah pemaparan materi selesai, dilanjutkan sesi tanya-jawab. Diskusi berakhir pada pukul 12.00 WIB. (/Wfr)