Sabtu (10/10) pagi, FISIPOL UGM bekerjasama dengan Dialog Empati Edukasi Perdamaian (DEEP) Yogyakarta, DEEP Network dan Global Reconciliation menyelenggarakan Konferensi Internasional bertajuk Towards an Empathic World yang bertempat di Ruang Seminar Timur Lantai 2. Konferensi yang diselenggarakan selama dua hari ini merupakan salah satu rangkaian dari acara Dies Natalis ke-60 FISPOL UGM. Selama dua hari tersebut konferensi yang dihadiri oleh mahasiswa, aktivis dan orang peduli terhadap pembangunan perdamaian yang akan membahas mengenai dua isu penting tentang edukasi dan kesehatan dalam konteks meningkatkan empati di dalam masyarakat.
Berita
Munculnya RUU Kebudayaan mulai menimbulkan kontroversi di masyarakat terutama dikalangan seniman dan pegiat kebudayaan. Ada yang berpendapat bahwa RUU Kebudayaan tidak diperlukan sebaliknya ada yang menimbang RUU ini penting lantaran saat ini kebudayaan mulai diserang dari berbagai sisi. Selain itu, perdebatan mengenai RUU Kebudayaan yang mengemuka di media massa cenderung terjebak pada pasal-pasal kontroversial salah satunya perlindungan terhadap rokok kretek yang dinilai sebagai bagian dari warisan kebudayaan. Lebih daripada itu, RUU Kebudayaan ini dinilai tidak mampu membaca zaman dan cenderung menganggap kebudayaan sebagai sebuah benda bukan sebagai sebuah proses berbudaya.
Kegiatan tali asih, ziarah, dan bakti sosial merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis Fisipol UGM ke-60. Kegiatan ini termasuk salah satu agenda rutin Dies Fisipol yang diadakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin 28 September 2015 yang lalu.
Tali asih berupa kunjungan kepada Dosen dan Karyawan, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Selain sebagai bentuk rasa terima kasih Fisipol UGM atas jasa-jasa mereka selama mengabdi, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat ikatan solidaritas antara Dosen dan Karyawan Fisipol UGM. Pada kesempatan kali ini, tim Dies Natalis mengunjungi 4 keluarga almarhum karyawan Fisipol UGM yakni keluarga Alm. Bapak Tugiman, Alm. Bapak Wagimin, Alm. Bapak Wagiyo Harto Atmojo, dan Alm. Bapak J Kasmin. Selain itu, tim juga berkesempatan untuk mengunjungi Bapak Drs. Joesef Riwu Kaho, M.P.A. dan Bapak Dumari yang sedang sakit.
Jumat (25/9) pagi FISIPOL UGM menggelar acara Groundbreaking Gedung Perpustakaan FISIPOL UGM yang bekerjasama dengan Bank Mandiri. Acara yang diselenggarakan di Hall Selasar Barat FISIPOL ini dihadiri oleh Budi Gunadi Sadikin (Direktur Utama Bank Mandiri), Prof. Dwikorita Karnawati (Rektor UGM), Dr. Erwan Agus Purwanto (Dekan FISIPOL) dan disaksikan langsung oleh Prof. Pratikno (Menteri Sekretaris Negara). Agenda groundbreaking ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis FISIPOL ke-60.
Dalam rangka menyongsong fase ‘masyarakat digital’ di Indonesia yang menyimpan beragam potensi sosial-ekonomi yang besar, FISIPOL menggelar seminar bertajuk Menuju Masyarakat Digital Indonesia: Memecahkan Masalah Sosial, Menciptakan Kemakmuran dengan Social Preneurs pada Jumat (25/9) siang. Seminar yang bertempat di Ruang Seminar Timur, Lt 2 ini menghadirkan tiga pembicara yakni Andreas Diantoro (Presiden Direktur Microsoft Indonesia), Philia Wibowo (Presiden Direktur McKinsey Indonesia) dan Suwignyo Budiman (Direktur Bank Central Asia) sebagai pembicara pada seminar tersebut. Sementara bertindak memberikan keynote speech dalam seminar tersebut adalah Prof. Pratikno (Menteri Sekretaris Negara).
Setelah kemarin Sabtu (12/9) diawali dengan menyelenggarakan Policy Forum, kali ini Jumat (18/9) pagi Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang ke-60 resmi dibuka. Acara yang dimulai sejak pukul 07.00 pagi ini diawali dengan Senam Zuumba bersama seluruh warga FISIPOL bertempat di halaman Selasar Barat. Selain itu, pada acara pembukaan tersebut diselenggarakan juga lomba menghias tumpeng yang diikuti oleh seluruh bagian fakultas FISIPOL.
Dengan mengambil tag line, Smart Action Toward Global Society Dies Natalis ke-60 FISIPOL kali ini akan diselenggarakan selama empat bulan ke depan hingga Desember 2015. Acara yang akan diselenggarakan selama empat bulan tersebut akan diisi dengan kegiatan seperti diskusi dan seminar, kompetisi olahraga, seminar hibah FISIPOL, launching gedung BC dan buku sejarah FISIPOL serta ditutup dengan Musyawarah Nasional Keluarga Alumni FISIPOL UGM.
Kamis (16/9) pagi, Magister Administrasi Publik (MAP) FISIPOL bekerjasama dengan Tallinn University of Technology, Estonia menyelenggarakan kuliah umum tentang Public Sector Innovation yang bertajuk Innovative Bureaucracy? The Role of The Government Innovation. Acara yang bertempat di Ruang Seminar MAP, FISIPOL Sekip mengundang Prof. Wolfgang Drechsler sebagai pembicara dalam kuliah umum tersebut. Prof. Drechsler merupakan Chair of Governance Tallinn University of Tehcnology sekaligus menjadi former Advisor to President of Estonia.
Perekonomian Indonesia sedang sekarat. Pernyataan itu yang disampaikan Menteri Sekretaris Negara RI , Prof. Pratikno, dalam Policy Forum Dies Natalis ke-60 Fisipol UGM, yang diselenggarakan di Balai Senat UGM, Sabtu (12/9).
Gagasan untuk membangun perekonomian Indonesia agar tidka lesu , tentu sama masih berkaitan dengan menguatnya dollar Amerika yang membuat melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini, menurut Pratikno , jelas berdampak luas pada segala aspek kehidupan masyarakat.
“Sudah ada banyak rencana yang dibuat, tinggal realisasinya. Termasuk cara yang paling ampuh untuk menyikapi krisis ini adalah dengan totok nadi,” terang sosok yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM ini.
Munculnya media online sejak 1994 ternyata memberikan efek pada berubahnya praktik jurnalisme di Indonesia. Jauh sebelum itu, di dunia telah terjadi revolusi digital semenjak diketemukannya internet. Terjadinya revolusi digital ternyata memunculkan media online pada satu sisi, sementara pada sisi yang lain kemunculan media online berdampak pada proses pembuatan sebuah berita. Pun demikian, lebih daripada itu, juga turut ‘memberi warna’ terhadap laku para jurnalis dalam mengabarkan fakta lewat sebuah berita.
Munculnya berbagai macam kesepakatan seperti Konvensi Perubahan Iklim (1994) dan Protokol Kyoto (1997) mengubah cara pandang pemerintah baik di tingkat regional hingga tingkat lokal terhadap isu pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim. Pada tingkatan global, rezim tata kelola lingkungan tersebut dikenal dengan istilah Global Enviromental Government atau Climate Change Government. Sementara itu, perubahan tata kelola lingkungan itu ternyata secara tidak langsung turut mengubah pola pembangunan terutama bidang industri di dunia sejak Revolusi Industri terjadi. Maka tidak heran bahwa saat ini isu perubahan iklim dan tata kelola lingkungan menjadi isu ‘seksi’ baik bagi aktor negara maupun lembaga lain (NGO) yang bergerak dalam bidang lingkungan.