Yogyakarta, 3 Juni 2025—Dosen Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) FISIPOL UGM, Mulyadi Sumarto, menyumbangkan tulisan terbaru yang mengungkap dinamika hubungan antara demokratisasi, politik elektoral, dan kebijakan sosial di Indonesia. Artikel ilmiah berjudul “Welfare and Democratisation: How Electoral Politics Shape Indonesian Social Policy and Citizen’s Social Rights” ini dipublikasikan dalam jurnal Contemporary Politics dan ditulis Mulyadi Sumarto bersama John F. McCarthy dari The Australian National University.
Pojok Fisipol
Yogyakarta, 2 Juni 2025─Di tengah dunia yang berubah cepat akibat disrupsi teknologi, krisis sosial, dan pandemi global, cara kita memahami realitas pun ikut berubah. Kini, bukan hanya kekuasaan politik atau ekonomi yang menentukan arah masyarakat, tapi juga siapa yang berhasil membentuk dan menyebarkan makna. Itulah gagasan utama dalam artikel terbaru Megashift FISIPOL UGM berjudul “Bahasa, Kekuasaan, dan Norma di Antara Triple Disruption dan Perebutan Makna.”
Artikel ini mengangkat bagaimana bahasa telah menjadi alat penting dalam perebutan kekuasaan—bukan dalam bentuk represif, tetapi dalam bentuk yang lebih halus: mempengaruhi cara berpikir, membingkai isu, dan menentukan apa yang dianggap wajar dalam kehidupan sosial. Dalam kondisi disrupsi yang bertubi-tubi, aktor-aktor sosial—baik negara, media, korporasi, maupun masyarakat sipil—ikut terlibat dalam upaya membentuk norma dan kebenaran versi mereka masing-masing.
Yogyakarta – Juni 2025, Tiga mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM berhasil mengharumkan nama almamater dengan meraih Juara 1 dalam kompetisi Brand Innovation di ajang Advertising Week Festival 2025—sebuah festival kreatif nasional bergengsi yang menjadi wadah bagi talenta muda untuk menampilkan inovasi di bidang komunikasi pemasaran dan strategi merek. Tim yang terdiri dari M. Indra Maulida Rosyid, Elvina Syarifah Hery Maharani, dan Artikha Wibawa ini berhasil menyisihkan ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia melalui presentasi konsep yang inovatif, relevan, dan berdampak sosial.
Yogyakarta, 30 Mei 2025─Mahasiswa Departemen Sosiologi, FISIPOL UGM, mencetak prestasi dalam kompetisi International Ideapaper Festival (IIFest) yang berskala internasional. Dalam kompetisi ini, terdiri dari tiga mahasiswa dari departemen Sosiologi, yaitu Zaidan Falah Abdillah, Afkar Nabil Falah, dan Panji Setya Putrahadi yang berhasil meraih medali emas dengan penghargaan “The Most Feasible Solution”. Rangkaian acara dalam kompetisi ini mewadahi aspirasi dan ide-ide berbasis riset yang ditujukan untuk menjawab tantangan global.
Yogyakarta, 28 Mei 2025─Di tengah gencarnya kampanye keberlanjutan dan ramah lingkungan, konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) menjelma menjadi standar global baru yang tampaknya menjanjikan masa depan yang lebih adil dan hijau. Namun, apakah ESG benar-benar mampu menciptakan keadilan global? Atau justru menjadi wajah baru dari ketimpangan itu sendiri?
Melalui artikel terbarunya, Megashift FISIPOL UGM mengajak kita melihat lebih dalam bagaimana ESG, yang awalnya digagas sebagai instrumen untuk menilai dampak lingkungan dan sosial dari praktik bisnis, kini banyak digunakan sebagai tameng oleh aktor-aktor global dalam mempertahankan sistem pembangunan neoliberal. Alih-alih menghadirkan solusi, ESG kerap kali justru digunakan sebagai bentuk baru greenwashing—upaya mencitrakan diri ramah lingkungan tanpa perubahan nyata terhadap struktur ketimpangan.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM), melalui Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP), kembali memperkuat jejaring internasional melalui kolaborasi strategis dengan National University of Singapore (NUS) dalam program Southeast Asia Friendship Initiative (SFI). Diselenggarakan pada 16–26 Mei 2025, program ini mengangkat isu-isu penting seperti tata kelola air, perubahan iklim, dan pemberdayaan masyarakat, dengan pendekatan pembelajaran berbasis observasi lapangan di berbagai lokasi strategis di Indonesia.
Yogyakarta, 23 Mei 2025─Dosen Fisipol UGM kembali menorehkan prestasi melalui publikasi ilmiah dosen-dosen terbaiknya di jurnal bereputasi internasional dari penerbit Routledge – Taylor & Francis Group.
1) Desintha Dwi Asriani, Ph.D. (Dosen Departemen Sosiologi), mempublikasikan artikel berjudul: “Why me? The meaning of intergenerational care transfer practices and aspirations of adult daughters in Indonesia”
Artikel ini mengkaji makna praktik perawatan antar generasi yang dilakukan oleh anak perempuan dewasa di Indonesia, serta bagaimana aspirasi mereka terbentuk dalam konteks budaya patriarkis dan nilai keluarga tradisional.
🔗 Tautan publikasi: https://lnkd.in/gqKhZFtM
Yogyakarta, 22 Mei 2025—Kuliah umum bertajuk “Crisis and Transformation: Navigating Change in Urban Spaces, Food Networks, and Green Transition” tengah berlangsung pada Kamis (22/5) di Ruang Seminar Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian diskusi publik yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman mengenai dampak krisis global yang saling terkait terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk tata kota, sistem pangan, dan kebijakan lingkungan.
Yogyakarta, 21 Mei 2025 ─Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Muchtar Habibi publikasikan jurnal ilmiah di tingkat Q1 pada Jumat (16/5) lalu. Tulisan bertajuk “Challenging the orthodox policy analysis in Indonesia: a historicalmaterialist policy analysis of Joko Widodo’s agrarian reform and foodsovereignty” karyanya tersebut terbit pada Jurnal Critical Policy Studies.
Harapannya, publikasi ini menjadi kontribusi berharga dalam kajian energi dan kebijakan nasional. Jurnal tersebut dapat diakses melalui tautan berikut: doi.org/10.1080/19460171.2025.2506418
Yogyakarta, 19 Mei 2025─Dalam dunia yang tengah menghadapi krisis iklim akut, pendanaan iklim seharusnya menjadi wujud solidaritas global—bukan alat baru untuk menjerat negara-negara berkembang dalam utang. Sayangnya, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.
Alih-alih memberikan bantuan tanpa syarat, sebagian besar skema pendanaan iklim justru hadir dalam bentuk utang berbunga yang dikemas rapi dalam istilah “green finance”. Negara-negara berkembang, yang notabene paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, malah dibebani oleh mekanisme pasar yang menyamar sebagai solusi. Ketimpangan ini menggambarkan wajah lain dari krisis global: eksploitasi berbasis logika ekonomi neoliberal.