DeADline dan PRemiere Ilkom Fisipol UGM Gandeng Life at FMCG: Impactful Brand Campaign

Yogyakarta, 25 September 2021—Badan Semi Otonom Mahasiswa yang bergerak di bidang Periklanan dan Public Relation, Ilmu Komunikasi, Fisipol, UGM yaitu DeADline (@deadline.ugm) dan PRemiere (@premiere.ugm) menyelenggarakan Webinar bertajuk Brand Campaign: Creating Social Impact and Shared Values. Penyelenggaraan acara ini merupakan wujud kolaborasi dengan Life at FMCG (@lifeatfmcg) dengan menghadirkan Narasumber yakni Riescha Puri Gayatri, Marketing Director at Global FMCG Company yang saat ini tengah bekerja pada Fonterra brands. Rangkaian acara dimulai dengan pembukaan yang dilanjutkan dengan sesi pengenalan mengenai platform Life at FMCG, talk show, games, dan ditutup dengan sesi foto bersama. Sesi talk show dimoderatori oleh Syaifa Tania, M.A., Dosen Ilmu Komunikasi, Fisipol, UGM. 

Di awal pemaparannya, Riescha menyampaikan urgensi dari sebuah brand, di mana bahwasanya garisbawah atas brand adalah bagaimana keberadaannya yang digunakan dalam menawarkan image, stories, promise, serta relation yang ingin disampaikan kepada konsumen. Riescha juga menyebutkan, branding dilakukan dalam rangka meningkatkan value perception yang dapat berpengaruh terhadap bagaimana konsumen akan menilai penggunaan dari produk yang ditawarkan. Hal ini juga turut didukung dengan temuan bahwasanya 95% pengambilan keputusan yang dilakukan oleh buyer, dominan didasarkan atas pilihan emosional. Dalam arti, umumnya orang akan lebih mengutamakan pemenuhan atas perasaan-perasaan lebih baik dan senang dalam membeli sebuah produk ketimbang didasarkan atas pemikiran rasional. 

Beragam strategi telah menjadi salah satu tantangan bagi perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan brand, termasuk salah satunya melalui brand campaign. Riescha menyoroti setidaknya terdapat tiga komponen utama yang harus diperhatikan dalam melakukan brand campaign. Pertama, brand heart dengan beberapa unsur di dalamnya, mulai dari bagaimana tujuan, visi, misi, serta nilai dari brand yang dimiliki. Kedua, brand messaging yang berisikan pilar-pilar yang menyatakan bahwasanya setiap brand akan memiliki personality, tone of voice, tagline, value prop, dan messaging yang ingin disampaikan kepada konsumen. Terakhir, terdapat visual identity yang menjadi salah satu aset penting dari sebuah brand. Komponen pembentuknya terdiri atas bagaimana visualisasi logo, typography, color, imagery, dan elemen tambahan lainnya yang proporsional satu sama lain. 

Riescha juga mengatakan untuk memperhatikan insight yang menjadi underlying dalam menyampaikan sebuah brand. Baginya, insight yang baik adalah ketika target brand yakni semua konsumen dapat merasakan apa yang disampaikan (bersifat mass) sekaligus memunculkan perasaan emosional (bersifat intimate) dari pengguna brand. Penciptaan dan pertimbangan dalam membuat insight dapat digunakan dalam memastikan objektif bisnis dan komunikasi bisnis atas brand yang dimiliki. Riescha juga membagi tips dalam mengajak konsumen untuk tertarik dalam meng-advocate produk yang kita tawarkan, yakni dengan memastikan di awal bahwasanya kualitas brand yang ditawarkan dapat memenuhi ekspektasi dan perasaan konsumen. Serta, tak lupa juga dapat disiasati dengan strategi berupa pemberian produk gratis atau berupa giveaway yang dianggap dapat memantik penjualan brand. (/Adn).