Yogya, Tribun – Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UGm, Erwan Agus Purwanto, menyesalkan aksi pembubaran oleh sekelompok orang saat pemutaran film Senyap, Rabu (17/12) malam. Dia mengaku telah melaporkan insiden tersebut pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Erwan mengatakan, dirinya telah mendapat laporan dari mahasiswa dan petinggi fakultas terkait peristiwa itu. Pasalnya saat kejadian dirinya tengah berada di luar negeri. Setelah mendengar laporan dan berkoordinasi dia menyampaikan hal tersebut melalui milis Fisipol UGM, yang kebetulan di dalamnya juga tergabung Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno.
“Kami sudah sampaikan hal itu pada forum disusi khusus di milis, dan Mensesneg Pak Pratikno juga tergabung di dalamnya. Saya kira nanti Presiden juga pasti akan mendengar hal ini,” terangnya kepada wartawan, jumat (19/12).
sebelumnya, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sintesa menggelar pemutaran film Senyap di kampus Fisipol UGM pada Rabu (17/12) malam. Namun saat pemutaran berlangsung, puluhan orang menggeruduk kampus dan memaksa membubarkan pemutaran film itu dan melakukan intimidasi pada mahasiswa dan panitia kegiatan.
Erwan mengaku akan mengirim surat protes kepada Presiden Jokowi agar mengambil tindakan tegas bagi mereka yang melakukan aksi teror dan intimidasi tersebut.
Menurutnya, aksi teror dan intimidasi lewat kekerasan ini seharusnya tidak perlu dilakukan, asalkan setiap gagasan dan pemikiran yang berbeda bisa diselesaikan dengan dialog.
“Kita berharap pemerintah Jokowi merealisasikan janjinya untuk menghadirkan jaminan keamanan pada setiap warganya. Kami tidak ingin ada lagi mahasiswa yang diteror dari pihak luar kampus. Kalau cara penyelesaian dialog tidak dibiasakan, saya khawatir setiap masalah selalu diselesaikan dengan cara intimidasi dan kekerasan,” tegasnya.
Erwan pun menyebut, laporan yang ia sampaikan melalui forum diskusi khusus, termasuk pada Mensesneg yang ditujukan pada presiden itu, sebagai langkah perlindungan pada kegiatan akademik di kampus yang ia pimpin. Dia menilai aparat keamanan kurang responsif saat insiden tersebut terjadi di lingkungan kampus.
“kalau aparat keamanan tidak bisa melindungi, ya kami dari fakultas akan melakukan langkah perlindungan sendiri untuk melindungi adik-adik mahasiswa” tambah dia. (dilansir dari Tribun Jogja, Sabtu (15/12), halaman 15)