Yogyakarta, 11 Mei 2023─Mendekati perhelatan politik pada Pemilu 2024 mendatang, politik identitas masih menjadi isu yang mengkhawatirkan. Pasalnya, politik identitas di tengah keberagaman masyarakat Indonesia berpotensi besar dalam memecah persatuan. Terlebih saat ini politik telah merambah aktivitas digital yang rentan menimbulkan misinformasi untuk menyudutkan kelompok tertentu. Berkaitan dengan itu, The Conversation menyelenggarakan Diskusi Publik bertema “Apakah politik identitas masih relevan dalam kampanye pemilu 2024 di media sosial?” di Universitas Islam Indonesia pada Kamis (11/5).
Dalam diskusi tersebut, Dr. Wawan Mas’udi selaku Dekan Fisipol UGM turut serta menjadi pembicara. “Penggunaan identitas sebagai bagian dari politik atau sesungguhnya suatu yang sudah berlangsung sangat panjang, bahkan berhubungan dengan pembentukan modern state. Dalam konteks politik electoral yang sangat menggunakan pola single mayoritarian,politik identitas nampaknya masih akan dipakai sebagai sebuah skenario atau strategi,” tutur Dr. Wawan Mas’udi.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada Pilkada di Yogyakarta tahun 2017, Dr. Wawan Mas’udi menjelaskan adanya 3 jenis strategi politik yang disiapkan, yaitu strategi politik program, strategi politik uang, dan strategi politik identitas. Beliau berpendapat. “Pada Pemilu 2024 nanti, saya yakin semua calon akan menyiapkan strategi-strategi tersebut. Pertama strategi program pasti akan disiapkan, namun jika strategi tersebut tidak dapat memberikan keyakinan politik maka akan menggunakan kelompok tertentu yang mungkin strategi politik identitas ini berfungsi”.
Meskipun demikian, belum ada regulasi khusus yang menangani potensi bahaya dari praktik politik identitas dalam Pemilu. Oleh karenanya, literasi publik di dunia digital menjadi sarana krusial demi meningkatkan agensi masyarakat. (/ar)