Yogyakarta, 21 Juli 2022─Center for Digital Society atau CfDS UGM secara rutin mengadakan Digital Expert Talk sebagai ruang untuk memahami berbagai isu digital terkini yang berkaitan dengan masyarakat langsung dari para ahli praktisi, industri, pemerintah, hingga akademisi terkemuka. Pada Kamis (21/7), CfDS UGM menyelenggarakan Digital Expert Talk ke-13 untuk mendiskusikan tantangan dan upaya perbaikan keamanan siber dalam implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau SPBE. Di masyarakat, PSBE banyak dikenal dengan sebutan e-government.
Mengangkat tajuk Keamanan Siber dalam Implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Indonesia, diskusi yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube CfDS UGM ini menghadirkan empat narasumber dari berbagai latar belakang. Narasumber pertama, Prof. Achmad Djunaedi selaku Research Advisor CfDS UGM, memaparkan bahwa penerapan SPBE di Indonesia sejatinya memiliki beberapa manfaat. Untuk memaksimalkan manfaat tersebut, implementasi PSBE lantas seharusnya ditopang oleh keamanan siber yang kuat. “Ini penting dan tidak boleh ketinggalan, tak mungkin mengembangkan teknologi tanpa memiliki penjaga dan kesadaran pentingnya penjagaan tersebut.”
Cahyo Tri Birowo, ST., MTI., selaku Asisten Deputi Kebijakan dan Koordinasi Penerapan SPBE, sebagai narasumber berikutnya pun memaparkan lebih lanjut mengenai implementasi PSBE di Indonesia saat ini. Pada kesempatan ini, Ia menekankan bahwa strategi transformasi organisasi dan transformasi sistem kerja sangat diperlukan guna mewujudkan dan memaksimalkan pemerintahan 4.0 untuk pelayanan publik.
Sayangnya, menurut Agung Basuki dari Tim Pusat Data Nasional APTIKA selaku narasumber ketiga, masih banyak aplikasi dan pusat data di Indonesia berbasis instansi, baik di pusat maupun daerah, yang tidak optimal. Untuk itu, pemerintah membutuhkan sebuah standarisasi aplikasi, pusat data, dan kemampuan SDM dalam menanggulangi risiko keamanan siber dalam mengimplementasikan SPBE.
Memperkuat argumentasi dan penjelasan dari ketiga narasumber sebelumnya, Ardian Silvano dari Cloud Customer Engineer Google Cloud Indonesia sepakat bahwa isu keamanan digital masih belum menjadi masalah yang diprioritaskan di Indonesia, baik di sektor publik ataupun swasta. Ia menambahkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan transformasi keamanan siber yang terukur dan terstruktur, salah satunya melalui Security & Resilience Framework (SRF) dari Google. “Security & Resilience Framework (SRF) dapat dipergunakan sebagai panduan dan juga alat bantu untuk mengurangi resiko mencegah kejahatan siber dan membantu instansi menjadi proaktif menghadapi ancaman kejahatan siber.”
Diskusi yang dimoderatori oleh Diah Angendari ini dapat disaksikan ulang di kanal Youtube CfDS UGM. (/hfz)