Sesuai dengan tema yang diangkat pada tahun ini yaitu Fostering Community through Digital Connectivity AYIEP 2017 mengadakan digital visitation ke beberapa tempat yaitu Innovative Academy Universitas Gadjah Mada, Loops Station Yogyakarta dan Kampung Cyber Yogyakarta.
Innovative Academy yang dikembangkan Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM bekerjasama dengan KIBAR sebagai inkubator bisnis berbasis teknologi. Innovative Academy diadakan PUI UGM bertujuan untuk mendorong mahasiswa membangun startup teknologi bermanfaat yang menjadi solusi dari berbagai problem di Indonesia.
“Hasil dari program tersebut telah terlihat dengan terciptanya puluhan startup yang siap memecahkan berbagai masalah di masyarakat. Pasienia misalnya, merupakan aplikasi untuk membantu para pasien agar dapat berinteraksi dan saling mendukung satu sama lain,” jelas Eddy Junarsin (Kasubdit Pengembangan Usaha Dit. PUI UGM).
Setelah mendengar penjelasan mengenai innovative academy, para peserta AYIEP 2017 diajak untuk berdiskusi ke dalam 4 grup. Fasilitator diskusi adalah perwakilan dari startup digital hasil Innovative Academy yaitu IWAK (program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan air tawar ), Pijar Psikologi (gerakan sosial yang berfokus pada psikoedukasi dan konsultasi online di Indonesia) dan Villageria (membantu memudahkan wisatawan dalam melakukan pencarian destinasi wisata hingga transaksi). Setiap kelompok diskusi diminta untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial dengan melakukan mapping serta menggambarkan solusi sosial yang ditawarkan diatas sebuah karton putih.
Peserta semakin antusias, ketika diajak mengunjungi salah satu tongkrongan anak muda di tengah kota, Loop Station Yogyakarta. Disana para peserta diajak bertemu dengan Triyono yang merupakan founder dari Difa City Tour.
“Difa Bike merupakan sarana transportasi berbasis ojek yang bertujuan membantu penyandang difabel.,” kata Triyono.
Fasilitas transportasi bagi difabel di Yogyakarta masih sangat jauh dari kata baik. Untuk menggunakan bus, misalnya, penyandang difabel masih harus mendapatkan bantuan dari orang lain. Masalah ini begitu kontradiktif dengan dilemparkannya isu Yogyakarta sebagai kota ramah difabel. Namun hal ini perlahan mendapatkan penyelesaian dengan lahirnya Difa Bike – City Tour & Transport.
Dalam kesempatan ini, para peserta diajak berkeliling menggunakan Difa Bike dan kemudian melanjutkan kunjungan ke Kampoeng Cyber Yogyakarta. Kampoeng Cyber terletak di Taman KT I/434, RT 36 – RW 09, Kel. Patehan, Kec. Kraton, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ide tentang Kampoeng Cyber pertama kali muncul pada Juli 2008. Kampoeng Cyber dimulai dengan pembuatan blog mengenai profil kampoeng di internet. Blog ini berisi tentang kegiatan kampung dan karakter warga yang unik, salah satunya ialah nilai kebersamaan dan guyup rukun yang masih dijunjung tinggi hingga saat ini. Namun pembangunan Kampoeng Cyber tidaklah mudah, banyaknya warga yang belum mengenal komputer dan tingkat ekonomi yang rendah menjadi tantangan tersendiri.
“Langkah awal mengatasi kendala tersebut adalah dengan memberikan pelatihan komputer dan internet ke semua warga, membuat jaringan yang dimodali oleh warga, menyediakan akses internet gratis di pos ronda untuk sarana belajar bagi warga yang belum memiliki akses internet serta memberi pemahaman tentang kegunaan internet,” jelas Ibu Ade, pengurus Kampoeng Cyber Yogyakarta.
Dari Kampoeng Cyber, para peserta diajak untuk mempraktikkan salah satu kebudayaan Yogyakarta yaitu mencanting batik. Setelah proses mencanting batik, AYIEP 2017 hari ke 4 ditutup dengan makan malam bersama di Kampoeng Cyber.