Digitalk #44: Melihat Bagaimana Gig Economy Bertahan di Tengah Pandemi

Yogyakarta, 13 November 2020—Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM kembali hadir dengan Digitalk yang ke-44. Diskusi bertajuk “Gig Economy di Tengah Pandemi: Mampukah Bertahan?” ini menghadirkan Mutamad Imam, Manajer Bisnis Taxi Maxim, sebagai pembicara. Dipandu oleh Firya Qurratu’ain Abisono, Partnership Associate CfDS, sebagai moderator, diskusi dimulai sekitar pukul 15.30 WIB.

Seperti biasa, diskusi diawali dengan pembukaan—moderator memperkenalkan diri, memaparkan sedikit topik yang akan diangkat, serta mempersilakan pembicara untuk perkenalan dan bercerita perihal latar belakangnya. Dalam diskusi ini, Imam lebih banyak berbicara secara pengalaman dan praktik yang dijalani—apa saja yang sudah dan akan ia serta tim lakukan.

Imam memulai diskusi dengan menceritakan perusahaan Maxim dan perkembangannya di Indonesia. Maxim, yang merupakan salah satu pelaku Gig Economy, juga menghadapi hambatan yang sama seperti yang dialami sektor lain.

Imam bercerita, bahkan pada awal masa pandemi, dengan mitra yang sudah beroperasi di 35 kota, terjadi penurunan pesanan hingga menyentuh angka 70%. Di sinilah, Maxim melihat bahwa usaha mereka dituntut untuk adaptif dan fleksibel.

Sebelum pandemi, Maxim memiliki tiga jenis pelayanan, yaitu moda roda dua dan empat, pengiriman, serta cargo, baik berbentuk pickup maupun box. Pada masa pandemi ini, Maxim mencoba membuka pelayanan untuk segmen baru, seperti pengiriman makanan dan belanja toko. Imam menyatakan, langkah yang diambil Maxim ini menjadi tantangan baru sebab masyarakat sudah pada terbiasa dengan layanan pengiriman makanan dari perusahaan lain.

Selain itu, Maxim juga mulai menyediakan layanan massage, spa, cleaning, dan laundry. Meski awalnya Maxim mengira akan stagnan, Imam menyatakan, hasilnya justru perusahaan semakin berkembang. Permintaan untuk bermitra juga meningkat.

Tindakan yang Maxim ini juga merupakan salah satu bentuk upaya Maxim untuk mendukung UMKM. Maxim berusaha untuk memberikan impact untuk semua pihak, baik mitra pengemudi maupun mitra pengguna.

Di tengah pandemi ini, Maxim berprinsip untuk bisa survive dan bertahan, jelas Imam. Justru dengan memanfaatkan semangat, kecepatan, kelincahan, dan fleksibilitas, Maxim melihat banyak potensi yang dapat dimanfaatkan.

Imam menjelaskan, Maxim selama masa pandemi berusaha untuk menambahkan dan terus menyempurnakan fitur-fitur yang dimiliki. Saat ini, Maxim sedang memulai untuk menyediakan sistem pembayaran seperti platform lain. Mapping dan layanan-layanan baru juga terus disempurnakan agar lebih mudah digunakan.

Diskusi dilakukan dengan sistem semacam talkshow—moderator menanyakan beberapa pertanyaan dan dijawab oleh pembicara. Beberapa peserta juga menuliskan pertanyaannya di kolom komentar ruangan Google Meet.

“Saat kita tahu apa yang kita miliki atau hadapi, itu akan sangat membantu. Kreativitas saja tidak cukup. Kecepatan, adaptable, lincah, itu harus dimiliki,” kata Imam sebagai penyataan penutupnya. Diskusi pun resmi diakhiri setelah moderator mengumumkan penanya terbaik. (/hfz)