Yogyakarta, 30 Mei 2022─Departemen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (HI UGM) menggelar Diskusi Bulanan #3 dengan topik “G20’s Energy Agendas: Shifts, Causes, and Challenges” pada Senin (30/5). Acara yang berlangsung melalui Zoom Meeting ini mengundang pembicara dari dosen HI UGM, yakni Raras Cahyafitri.
Transisi energi menjadi salah satu agenda prioritas Indonesia dalam G20 (Group of Twenty) yang berada di Jalur Sherpa (Sherpa Track), yaitu isu-isu ekonomi non-keuangan. Namun demikian, isu energi tidak pernah terlewat dalam pertemuan-pertemuan di tingkat KTT (Konferensi Tingkat Tinggi), kepala negara, kementerian, maupun dalam working group G20.
“Energi itu penggerak ekonomi, tanpa sumber energi, kegiatan ekonomi akan sulit dilakukan bahkan tidak dapat dilakukan. Kalau misalkan kita membahas energi secara global, sekitar 70% dari energi primer global itu dikonsumsi oleh negara-negara G20,” ungkap Raras.
G20 sebagai kumpulan negara-negara dengan ekonomi terbesar, tentu sangat berperan penting dalam mendorong pemanfaatan dari energi terbarukan. Menurut data IRENA (International Renewable Energy Agency), negara-negara G20 diperkirakan akan dapat mengurai sekitar 75% dari potensi penempatan energi terbarukan.
Lebih lanjut, Raras menjelaskan bahwa pergeseran dinamika G20 dibagi dalam empat tren/periode. Pada awal mula pertemuan di Berlin pada 2004, G20 berfokus pada fluktuasi harga komoditas dan stabilitas finansial. Kemudian, pergesan yang terjadi yakni enabling environment untuk transisi energi, dilanjutkan dengan transisi energi yang kontekstual. Terakhir adalah rantai pasokan dan rantai nilai energi secara keseluruhan yang difokuskan sejak presidensi Italia pada 2021.
Raras mengungkapkan, pergeseran agenda energi tersebut setidaknya didorong oleh tiga faktor. Pertama, harga komoditas yang relatif fluktuatif ke arah lebih tinggi. Kedua, komitmen perjanjian internasional yang menjadikan negara-negara G20 memiliki kepentingan/komitmen lain yang harus ditepati. Ketiga, keterlibatan IGOs (International Governmental Organizations) dan organisasi-organisasi lain.
Sementara itu, berkaitan dengan presidensi Indonesia 2022, transisi energi menjadi agenda prioritas yang berfokus pada tiga topik yakni access, technology, dan funding. Meskipun ketiganya bisa dibilang cukup strategis, tetapi ada beberapa isu yang akan membayangi kepemimpinan Indonesia saat ini.
“Fokus agenda prioritasnya strategis, tetapi melihat beberapa tren kebelakang ada tiga hal yang challenging, tentunya pemanfaatan rasionalisasi dari subsidi, pemanfaatan fosil terutama batu bara, dan juga dampak transisi energi ke rantai pasokan industri lain,” tutur Raras. (/WP)