Diskusi Film “Asa” Membuka Rangkaian Healthy Campus Week 2021

Yogyakarta, 12 Juli 2021─Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM kembali menggelar rangkaian acara Healthy Campus Week (HCW) 2021. Kali ini, Fisipol Crisis Center bekerja sama dengan organisasi non pemerintah, Rifka Annisa, membuka rangkaian kegiatan HCW dengan diskusi berjudul “Merajut ASA: Dukungan Bagi Penyintas Kekerasan Seksual”.

Pembahasan tentang langkah yang tepat atas penanganan kasus kekerasan seksual diawali dengan ulasan film pendek produksi Rifka Annisa. Film berdurasi 21 menit yang mengangkat kisah nyata dari perempuan penyintas kekerasan seksual ini mengajak penonton untuk berpihak pada penyintas. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Irham Nur Anshari sebagai salah satu pembicara diskusi ini, mengatakan bahwa ajakan untuk melihat kasus kekerasan seksual dari perspektif korban sejalan dengan prinsip FCC. “Salah satu prinsip pertama di buku panduan FCC ialah bagaimana kita menggunakan perspektif korban atau berpusat pada penyintas,” kata Irham yang merupakan tim ad hoc FCC.

Irham menyebutkan beberapa catatannya terkait film “Asa”. Pertama, pentingnya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar terhadap penyintas. “Kita tidak bisa melihat korban selamanya sebagai orang yang bodoh atau tidak berdaya,” kata Irham. Ia menambahkan, dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitar penyintas dapat membantu penyintas dalam mengambil keputusan-keputusan selanjutnya dalam hidup mereka. Kedua, edukasi masyarakat mengenai pentingnya consent (persetujuan) secara verbal sebelum melakukan hubungan seksual. 

Ketiga, waspada terhadap pasangan yang merekam gambar hubungan seksual, karena berpeluang terhadap tindak kriminal berupa penyebaran video tersebut melalui internet. Sejumlah catatan tersebut mendorong Irham untuk menawarkan solusi berupa penguatan edukasi tentang kesetaraan gender di Indonesia. Selain itu, Irham juga menekankan pentingnya literasi digital bagi masyarakat. “Solusinya bukan melarang orang untuk menggunakan media sosial, tapi justru bagaimana kita bisa menyeleksi pesan dan orang-orang di balik media sosial,”  tandasnya.

Senada dengan Irham, pembicara kedua yakni Manajer Divisi Pendampingan Rifka Annisa, Indiah Wahyu Andari, menjelaskan bahwa film “Asa” ingin memperlihatkan bagaimana seharusnya sikap keluarga terhadap anak yang menjadi korban kekerasan seksual. “Tindakan keluarga yang tidak tepat justru bisa membuat penyintas semakin terpuruk,” jelas Indiah. Ia menambahkan, proses pendampingan yang dilakukan oleh Rifka Annisa tidak hanya kepada penyintas, namun juga keluarga. Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga dilakukan supaya semua pihak dapat membuat keputusan yang tepat dan suportif terhadap penyintas. 

Kesadaran akan tindak kekerasan seksual perlu terus digalakkan. Oleh karena itu, Fisipol UGM melalui FCC menyediakan kanal untuk melaporkan tindak kekerasan seksual bagi civitas akademika Fisipol melalui pranala http://ugm.id/FormulirPengaduanFCC dan media sosial FCC. (/NIF)