Yogyakarta, 7 November 2020—Pada awal bulan November ini, Forum Olahraga Fisipol (FOF) bekerja sama dengan Korps Mahasiswa Politik Pemerintahan (Komap) UGM mengadakan diskusi bertajuk “Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Dunia Olahraga”. Diskusi yang diselenggarakan melalui platform zoom ini menghadirkan pemain Timnas Putri dari dua cabang olahraga yang berbeda—Nurhayati dari sepak bola dan Gaby Sophia dari basket, serta Satyawati Prasodjo, penulis, sebagai pembicara. Dipandu oleh Hilarius Bryan selaku moderator, diskusi ini dimulai pukul 15.30 WIB.
Diskusi diawali dengan perkenalan, baik perkenalan moderator, narasumber, dan topik yang akan dibawakan dalam diskusi. Sebagai permulaan, moderator menjelaskan bahwa diskusi ini akan menjadi ajang berbagi dan bertukar pendapat. Sehingga, dalam diskusi ini, para narasumber saling menanggapi pertanyaan dari moderator dan jawaban satu sama lain, serta tidak menyediakan presentasi untuk ditampilkan.
Sudut pandang para narasumber dalam melihat perempuan yang berkecimpung di dunia olahraga menjadi bahasan pertama. Tya sendiri melihat fenomena ini biasa saja, karena pada dasarnya semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang di berbagai bidang. Nurhayati juga merasakan hal yang sama. Menurut Nurhayati, sudah tidak aneh lagi dan sudah banyak contoh perempuan menjadi atlet saat ini.
Tindakan diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang olahraga memiliki banyak bentuk. Salah satu kasus yang dibahas dalam diskusi ini adalah pengeluaran seorang atlet perempuan dari SEA Games karena dituduh tidak perawan. Ketiga pembicara sama-sama menunjukkan ketidaksetujuannya dengan isu ini, sebab merasa tidak ada hubungan antara keperawanan dengan performa olahraga.
Moderator dan para narasumber juga berbagi mengenai pengalaman diskriminasi terhadap perempuan di bidang olahraga, baik yang dialami sendiri, oleh teman-temannya, atau yang dilihat dari berita dan media lain. Fenomena diskriminasi ini ternyata juga tidak bisa dipisahkan dari male gaze—situasi ketika perempuan diseksualisasi dari sudut pandang laki-laki. Berbicara mengenai male gaze, Tya juga menceritakan mengenai tulisan yang ia buat berkaitan dengan isu ini. Isu diskriminasi dan male gaze ini didiskusikan dari sudut pandang praktisi—para atlet, dan pengamat—penulis.
Diskusi berjalan dengan sangat interaktif. Para pembicara banyak menanggapi jawaban satu sama lain. Tidak hanya itu, moderator juga merangkum jawaban dari seluruh pembicara setiap kali satu pertanyaan selesai terjawab. Pada saat sesi diskusi dengan peserta pun banyak pertanyaan yang masuk melalui kolom komentar. Diskusi berjalan seru, para pembicara menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta dengan lebih mendalam. Bahkan, salah satu teman dari pembicara yang kisahnya didiskusikan turut hadir, meramaikan sesi tanya jawab, dan menanggapi pertanyaan dari peserta. Setelah seluruh pertanyaan dijawab, moderator menyimpulkan bahasan dalam diskusi kali ini. Diskusi pun resmi diakhiri setelah foto bersama. (/hfz)