Anthony Giddens, sosiolog asal Inggris terkenal lewat karyanya The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuratuion (1984). Lewat buku itu, ia memberikan terobosan keilmuan yang melahirkan teori strukturasi. Newmesis (New Media Studies), Jurusan Ilmu Komunikasi mencoba mengulas teori strukturasi dan kontribusinya pada Ilmu Komunikasi dalam diskusi yang bertempat di R. Diskusi, Gd. BB Fisipol Lt. 4 pada Kamis (18/6) siang. Dalam diskusi ini, mengundang Wisnu Martha Adiputra, M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi sebagai narasumber diskusi.
Wisnu berpendapat bahwa teori strukturasi Giddens mencoba mengkritik dualisme dalam beragam teori ilmu-ilmu sosial. Pemikiran Giddens merupakan refleksi atas beberapa mazhab pemikiran besar. Teori fungsionalisme Talcott Parsons, interaksionisme-simbolis Erving Goffman, strukturalisme Ferdinand de Saussure, merupakan beberapa di antara yang ia refleksikan.
Giddens menyatakan bahwa akan selalu terjadi tegangan teori-teori di atas yang menimbulkan dualisme, subyektivisme ̶ obyektivisme dan voluntarisme ̶ determinisme. Lebih dalam lagi, Wisnu beranggapan Giddens mencoba menunjukan bahwa obyek ilmu sosial adalah yang ‘bukan-bukan’. Mengutip Herry B. Priyono, Wisnu menjelaskan bahwa obyek ilmu sosial bukan peran sosial dalam fungsionalisme, bukan ‘kode tersembunyi’ dalam strukturalisme, bukan pula ‘keunikan situsional’ dalam interaksionisme-simbolis. Obyek ilmu sosial menurut Giddens adalah reaksi terus menerus antara agen dan struktur dalam ruang dan waktu tertentu.
Agen dan strukturasi dalam ruang dan waktu tertentu adalah satu dari empat pokok elemen dalam teori strukturasi Giddens. Tiga elemen lainnya ialah regionalisasi struktur dan sistem, reproduksi sosial, serta perubahan evolusi dan kekuasaan. Dalam diskusi tersebut, dipahami bahwa kehidupan sosial menurut Giddens terdiri atas agen dan struktur yang berelasi. Wisnu mengambil pendapat Mc Anulla yang mendefinisikan struktur sebagai aturan, norma, dan kepercayaan yang membentuk karakter pada kehidupan sosial. Sementara itu, agen diartikan sebagai perilaku sosial dan interaksi manusia, yang keduanya kemudian dikenal dengan istilah dualitas struktur.
Menurut Wisnu yang mengutip pendapat Littlejohn dan Foss, teori struktur berupaya membedakan sistem, struktur, dan praktik. Teori strukturasi mengartikan sistem sebagai rangkaian normal pada hubungan orang, perilaku, pesan dan benda-benda yang termasuk didalamnya manusia dan non-manusia. Struktur berbeda dari sistem, dikarenakan struktur bisa tak riil dan memberdayakan yang merupakan domain dari aturan dan sumberdaya yang menjadi acuan bagi agen untuk bertindak.
Giddens mengategorikan tindakan agen dalam tiga dimensi. Dimensi pertama adalah motivasi tak sadar (unconscious motives) yaitu aturan dan sumberdaya atau kumpulan dari transformasi relasi, pengelolaan sebagai kepantasan dari sistem sosial. Kedua, adalah kesadaran praktis (practical consciousness) yang didefinisikan sebagai hasil relasi diantara pelaku atau kolektivitas, pengelola sebagai pelaku tetap sosial praktis. Selanjutnya, dimensi terakhir adalah kesadaran diskursif (discursive consciousness) yang merupakan kondisi pemerintahan atau transmutasi dari struktur, dan reproduksi dari sosial sistem.
Sumberdaya sebagai pelaku tindakan dalam struktur, dikategorikan kedalam dua jenis menurut Cohen yang dikutip Wisnu dalam diskusi. Pertama, sumberdaya alokatif yang mendorong kemampuan melakukan kontrol pada; material features of the environment, means of material production/reproduction, and produced goods. Sementara itu, sumberdaya otoritatif mendorong kemampuan kontrol pada; organisation of social time space, production/reproduction of the body, and organisation of life-chances. Sumberdaya memiliki modalitas mengingat dan menjelaskan konteks eksternal, kondisi, dan hasil potensial dari tindakan. Kemudian modalitas tersubut diwujudkan dalam tindakan yang terdiri dari interaksi, rutininasi, dan eksplanasi.
Meski Giddens menerangkan teori strukturasi secara detail dari agen hingga komponen dasar berupa sumberdaya, pemikirannya bukan tanpa kritik. Salah satu kritik terhadap teori strukturasi Giddens yaitu debat klasik yang yang selalu muncul selama berabad-abad yang hingga sekarang menurutnya belum terpecahkan. Perdebatan itu adalah siapa yang lebih mempengaruhi, lingkungan yang mempengaruhi individu dalam hal ini agen, atau sebaliknya agenlah yang mempengaruhi individu. Selain itu, Wisnu juga menambahkan kritik terhadap teori Giddens yang diulas oleh Littlejohn dan Foss. Kritik itu mengenai teori strukturasi yang terlalu elektik dengan teori yang abstrak sehingga cenderung tidak relevan dalam riset. Selain itu, teori strukturasi dianggap terlau fokus hanya menjelaskan relasi agen dan struktur yang kurang memperhatikan budaya dan media secara mendalam. (C-OPRC)