Yogyakarta, 29 Agustus 2023─Sukses membuka program Mata Kuliah Kecerdasan Digital (MKKD) sejak 2020, kini Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada kembali membuka tiga kelas baru, yakni Kelas Kecerdasan Digital Dasar, Transformasi Digital dan Pemilu, serta Unveiling Decentralized and Digital Economy yang terbuka untuk masyarakat umum secara gratis. Tidak sendirian, CfDS menggandeng berbagai lembaga dan organisasi, seperti Election Corner, Algohub, Algorand Foundation, serta IBF Net untuk menyelenggarakan kelas-kelas yang ditawarkan. Selain itu, program ini juga berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Siberkreasi, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dibukanya MKKD merupakan salah satu upaya yang dilakukan CfDS dalam rangka mendukung akselerasi talenta digital Indonesia. Dukungan tersebut penting mengingat keterampilan digital yang dimiliki oleh sumber daya manusia di Indonesia masih belum memadai untuk mendukung perkembangan transformasi digital. Sebagaimana ditunjukkan oleh indeks literasi digital yang masih berkisar di angka 3,54 atau setara dengan kategori ‘cukup’. Hal tersebut disampaikan oleh Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aptika Kemenkominfo RI, ketika menyampaikan Keynote Speech-nya dalam acara Pembukaan Kelas Kecerdasan Digital 2023 pada Selasa (29/8).
Selain Semuel, acara tersebut juga dihadiri oleh Wawan Mas’udi, Dekan Fisipol UGM; Rizki Ameliah, Koordinator Literasi Digital untuk Masyarakat Kemenkominfo; Agung Tri Nugraha, Manajer Riset CfDS; Muhammad Andiransa, Algorand Community Champion; serta Danang Giri Sadewa, influencer; dan dimoderatori oleh Benyamin Imanuel Silalahi, peneliti CfDS UGM.
Akselerasi talenta digital merupakan upaya yang membutuhkan peran dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, perguruan tinggi, serta industri. Kemenkominfo sendiri telah menyusun peta jalan transformasi digital yang fokus pada 4 sektor. “Kominfo fokus pada 4 pilar besar dari percepatan transformasi digital tersebut, seperti infrastruktur digital, ekonomi digital, pemerintah digital, serta masyarakat digital,” ungkap Rizki.
Di samping kementerian, perguruan tinggi juga memiliki peran penting. “Perguruan tinggi punya dua peran, yaitu memberi pendidikan formal dan memberi pelatihan seperti yang saat ini CfDS jalankan,” kata Agung. Agung mengutip penelitian yang menyatakan bahwa pada 2030 mendatang, akan ada sepuluh juta pekerjaan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Mempersiapkan talenta digital untuk menghadapi hal tersebut merupakan tugas bersama.
Di sektor lain, talenta digital merupakan hal yang krusial bagi industri. Hal tersebut juga berlaku di Indonesia mengingat Indonesia memiliki potensi yang besar, baik sebagai market maupun produser. Andiransa mengungkapkan bahwa Algorand ingin turut serta mendukung program akselerasi talenta digital melalui pendidikan formal. “Kolaborasi menjadi pilihan saat ini,” tukas Andriansa.
Sebagai content creator yang aktif memanfaatkan teknologi digital, Danang melihat potensi digital besar yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Bersamaan dengan itu, Danang juga setuju bahwa kita perlu cerdas secara digital untuk dapat memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. “Kita harus bisa beyond dengan teknologi itu sendiri,” ucap Danang.