Setelah selesai menggelar rangkaian workshop dan mini talkshow pada hari pertama, kegiatan Ajang Insan Kreativitas Mahasiswa (AJISAKA) dilanjutkan dengan kegiatan seminar kreatif pada Sabtu (21/11) pagi di Grha Sabha Pramana Lantai 1. Seminar tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan AJISAKA yang digelar oleh Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM. AJISAKA merupakan kompetisi tahunan yang diadakan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi sejak 2012 bagi insan komunikasi di Indonesia. Kompetisi yang diadakan ada empat yakni, foto seri, sinema, iklan (pariwara) dan humas.
Sementara itu, seminar kreatif yang bertajuk Managing Creativiy in New Media ini menghadirkan dua pembicara. Kedua pembicara yakni Henry Manampiring (Head of Strategy Leo Burnnet Indonesia) dan Pulung S. Perbawani (Dosen Ilmu Komuniasi UGM).
Dalam seminar ini, Pulung S. Perbawani membawakan presentasi yang berjudul The Changing Nature of Trends in Social Networking System (SNS) Era. Dalam presentasinya ia mengemukakan bahwa perubahan teknologi ̶ termasuk salah satunya internet dan munculnya social media ̶ di dunia dan khususnya di Indonesia, telah membawa perubahan terhadap pola interaksi dan komunikasi manusia.
Perubahan pola interaksi akibat munculnya social media secara lebih jauh juga mendorong sekaligus berpengaruh terhadap munculnya tren-tren yang berkembang di masyarakat. Selain itu, perkembangan tersebut menjadikan tidak adanya lagi hegemoni terhadap infomasi-informasi yang ada dan bisa diserap oleh masyarakat.
“Puluhan tahun lalu, pada PD I dan PD II musik Jazz menjadi tren dunia termasuk salah satunya di Indonesia karena media sangat terbatas. Berbeda dengan sekarang yang jumlah medianya mungkin bisa lebih banyak daripada jumlah penggunanya,” tuturnya.
Kemudian, secara lebih spesifik perkembangan tren-tren yang muncul melalui social media menurut Pulung Perbawani juga membawa efek pada tren-tren yang mudah muncul tetapi tidak dapat bertahan lama. Selain itu, juga mulai munculnya mikro tren dan mikro selebriti akibat berkembangnya social media.
Menutup sesi pertama, Pulung S. Perbawani mengingatkan supaya para pengguna media sosial perlu berhati-hati dalam menggunakan media itu. Hal tersebut lantaran pengguna sosial media hari hari ini rawan menjadi ‘sukarelawan’ atau menjadi brand ambassador melalui retweet, re-Path, re-gram, share dst.
Kemudian sesi kedua yang diisi oleh Henry Manampiring lebih banyak berbicara mengenai dinamika proses kreatif yang terjadi dalam dunia advertising (periklanan) global. Presentasi yang diberi judul Global Creative Trends (New Media or Not) ini lebih banyak dibawakan dengan memberikan contoh-contoh periklanan baik berbentuk iklan cetak, hingga dengan media audio dan visual yang sedang berkembang di dunia sekarang.
Membuka sesi kedua ia mengawali dengan kesalahkaprahan penggunaan terma new media saat ini. Ia berpendapat bahwa penggunaan terma new media seharusnya tidak lagi digunakan karena terma new media praktiknya sudah menjadi ‘media’ saat ini.
“Terma new media itu seharusnya digunakan oleh jaman-jaman angkatan saya. Kalau saat ini istilah new media sudah tidak tepat lagi karena new media sekarang sudah menjadi ‘media’ kita sehari-hari dan bukan baru lagi,” ungkapnya.
Selanjutnya, menurut Henry, dengan perkembangan teknologi dan terutama social media, dunia periklanan akan lebih banyak menekankan pada pendekatan audio dan visual daripada cetak. Lebih jauh, kedepan advertising tidak akan selalu bergantung dengan bentuk media, tetapi lebih banyak mengeksplorasi kontennya.
“Kedepan, antara konten dengan media akan semakin fluid. Konten ini bisa dipasang di cetak, di online, via facebook, via youtube,” kata pria yang telah menghasilkan dua buku ini.
Selain lebih banyak berkutat pada konten yang dituntut kreatif serta segar, dunia periklanan sekarang juga dituntut untuk lebih punya perhatian terhadap masalah sosial. Hal ini lantaran brand-brand sekarang dituntut tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga harus bisa menjadi bagian dari problem solving masalah sosial.
“Sekarang, tren dunia periklanan di global mulai diarahkan untuk juga peduli terhadap masalah sosial. Harus punya sisi solve social problem,” katanya menutup sesi kedua. (D-OPRC)