Yogyakarta, 29 Juli 2022—Dalam mendukung rangkaian kegiatan “Presidensi Indonesia G20: Kepemimpinan untuk Tata Dunia Berkeadilan dan Berkelanjutan”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM kembali menggelar serial FGD atau Focus Group Discussion secara daring pada hari Jumat (29/7). FGD ketiga kali ini dimoderatori oleh Muhammad Irfan Ardhani, MIR (Dosen HI UGM) dan mengangkat topik diskusi “Transformasi Digital Global Dalam Agenda G20: Menuju Pembangunan Ekonomi Digital Yang Inklusif dan Berkelanjutan”. FISIPOL UGM mengundang empat narasumber untuk kemudian saling mendiskusikan dan memberikan rekomendasi seputar problematika di dalam agenda transformasi digital global. Keempat narasumber tersebut adalah Koordinator Divisi Riset IIS UGM, Nabilah Nur Abiyanti; Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo, Dr. Ir. I Nyoman Adhiarna, M. Eng; Head of Public Policy and Government Relations in Indonesian E-Commerce Association/IdEA, Rofi Uddarojat; dan seorang peneliti kebijakan digital, Wahyudi Djafar.
Nabilah Nur Abiyanti mengawali diskusi dengan memaparkan latar belakang transformasi digital global. Menurutnya, digitalisasi terutama di bidang ekonomi mampu memberikan berbagai dampak positif. Efisiensi, inklusivitas sosial, perluasan pasar, hingga penjaringan lapangan pekerjaan merupakan dampak yang dapat dirasakan apabila transformasi digital dilakukan secara berkeadilan. “Indonesia sebagai negara yang memegang Presidensi G20 memiliki peluang untuk mengeksplorasi ekonomi berbasis digital ini,” ujar Nabilah. Nabilah, bersama dengan Treviliana Eka Putri (Dosen HI UGM), nantinya juga akan merilis chapter book yang membahas topik serupa.
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Irfan Ardhani, MIR mengatakan bahwa penting untuk kemudian menjadikan agenda transformasi digital ini menjadi konsensus bagi negara-negara anggotanya. Hal ini diamini juga oleh Dr. Ir. I Nyoman Adhiarna, M. Eng. Menurutnya, tantangan terbesar adalah bagaimana membawa diskusi ini ke tempat yang dapat disepakati bersama. “G20 sangat beragam. Ada negara maju dan berkembang dengan kepentingan yang berbeda-beda,” ujar Nyoman.
Nyatanya, transformasi digital memang merupakan persoalan yang kompleks. Dalam perspektif pebisnis, seperti yang disampaikan oleh Rofi Uddarojat, transformasi digital juga menyangkut lokalisasi data. Menurutnya, penting untuk kemudian data-data digital ditampung di dalam negeri alih-alih di luar negeri. Hal ini karena lokalisasi data mampu memudahkan pebisnis lokal serta menciptakan competitiveness. Sementara itu, di ranah regulatif, Wahyudi Djafar menekankan pentingnya pengembangan digital authority untuk menjamin kepastian hukum. Terakhir, Djafar juga berpendapat bahwa sifat natural dari internet dan digitalisasi adalah inklusi. Oleh karena itu, sangat signifikan bagi pebisnis untuk mengedepankan inklusivitas dalam praktik-praktik bisnisnya.
FISIPOL FGD Series adalah hasil kerja sama antara UP3M FISIPOL dan IIS UGM yang nantinya akan berlangsung hingga lima seri. Informasi lebih lengkap mengenai agenda FGD dapat diakses melalui media sosial IIS UGM (@iis_ugm). (/gmb)