Natal boleh telah berlalu bersama bulan Desember. Namun, Selasar Barat Fisipol pada Kamis (18/1) dihiasi oleh suasana Natal, lengkap dengan pohon Natal, kelap-kelip lampu, lilin, dan figur manusia salju. Mengangkat tema “Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam Hatimu,” perayaan Natal Fisipol bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga momentum untuk merayakan kedamaian, kemanusiaan, persaudaraan, dan solidaritas. Nilai-nilai ini nampak dalam suasana bhineka perayaan. Bukan hanya dihadiri oleh umat Kristen dan Katolik Fisipol, saudara-saudari yang beragama Islam dan Hindu juga turut dalam kegembiraan Natal.
Dalam renungan Natal, Pendeta Yosef Kristeyo Nugroho mengingatkan bahwa Natal bukan sekedar pesta, melainkan perayaan damai sejahtera yang mengubah hidup kita. Ia menyatakan ada empat hal yang menjadi inti damai sejahtera Natal. “Pertama, kita merasakan damai sejahtera karena sejak Natal, kita tidak lagi sendiri. Imanuel, Tuhan beserta kita sehingga kita tidak akan pernah menghadapi apapun sendirian,” terangnya.
Natal yang memperingati kelahiran Yesus Kristus juga mengingatkan bahwa Yesus lahir di kandang domba adalah sebuah lambang kesederhanaan. Pendeta Yosef menyebutnya sebagai sumber damai yang kedua, di mana kita tidak perlu merasa kekurangan terus-menerus. Sebaliknya, rasa bersyukur perlu dipupuk, didampingi dengan berbuat baik setiap hari. “Kedamaian hari ini merupakan hasil perbuatan baik kemarin. Damai esok dimulai dari damai hari ini.”
Sebagai perayaan kedamaian, tidak mungkin Natal diagungkan tanpa relasi yang baik dengan sesama. “Tidak mungkin merayakan Natal kalau masih meneng-menengan. Hidup itu seperti roda, Allah di tengah dan manusia adalah ruji-rujinya. Semakin baik dan dekat kita dengan sesama, semakin dekat hubungan kita dengan Allah,” kata Pendeta Yosef.
Keempat, damai Natal juga muncul dari ketaatan, baik pada kehendak Tuhan maupun hukum. Bunda Maria sebagai ibu Yesus menjadi teladan yang sempurna melalui perkataan “fiat voluntas tua” yang berarti “terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” saat Tuhan memilihnya untuk tugas mulia tersebut.
Di akhir renungan, Pendeta Yosef, yang juga alumni Fisipol tahun 2006, berharap Fisipol dapat menjadi Indonesia kecil tempat kebebasan, keadilan, dan perdamaian dipupuk bersama dalam persaudaraan. “Relasi manusia lebih kuat dari kekuatan material manapun. Natal sepantasnya jadi pengalaman setiap hari,” pungkasnya.
Perayaan Natal di Fisipol sudah menjadi agenda tahunan, sejajar dengan acara Syawalan yang rutin digelar selepas Idul Fitri. Dekan Fisipol, Erwan Agus Purwanto menyatakan, “Bukan hanya acara religius, tetapi juga acara kultural dan sosial. Perayaan Natal menjadi tempat semua orang berkumpul dan berbahagia.” Diharapkan perayaan ini dapat menjembatani para karyawan, staf pengajar, dan alumni untuk bersilaturahmi dan berkumpul bersama untuk berbincang.
Hal senada diungkapkan oleh ketua panitia Andreas Suroso. Baginya, perayaan Natal di Fisipol merupakan wujud kebersamaan dan toleransi. “Perayaan ini juga sudah jadi tradisi, entah sudah dilaksanakan berapa kali. Yang jelas sudah sejak pendahulu-pendahulu kita,” katanya dalam sambutan. Sembari mengucapkan terima kasih pada panitia yang telah bekerja keras, Suroso mengingatkan agar tali persaudaraan dan hormat pada sesama, terutama antara senior dan junior, dapat dipupuk kembali. Salah satunya dengan pendidikan budi pekerti, baik di rumah maupun di kampus.
Acara perayaan Natal berlangsung dengan meriah mulai dari doa pembukaan dan simbolisasi penyalaan lilin. Acara hiburan dimulai dari penampilan komedi stand-up oleh Dalijo & Teman yang mengundang tawa. Ibu-ibu Fisipol UGM pun ikut menghibur para hadirin dengan penampilan line dance dengan lagu-lagu seperti Feliz Navidad hingga Gemu Famire. Selasar Barat Fisipol juga dipukau oleh suara merdu dan alunan piano penyanyi cilik bernama Darel, disusul oleh kelompok paduan suara Vox Laudes. Acara ditutup dengan makan bersama diiringi alunan lagu-lagu natal oleh Monokrom Band KMK. (/KOP)