Mulai Minggu (10/12), Fisipol UGM menjadi tuan rumah Singapore Management University (SMU) Winter Course Program. Selama empat belas hari, 32 mahasiswa asal Singapura tidak hanya akan mendapatkan kuliah tentang keadaan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga studi ekskursi dan company visit ke berbagai perusahaan di Sleman, Surakarta, dan Semarang. Kegiatan ini bertepatan dengan usia ASEAN yang menginjak setengah abad. Momentum ini dimanfaatkan oleh Fisipol, diwakili Global Engagement Office (GEO), dan SMU untuk meningkatkan hubungan antar-masyarakat untuk menguatkan pengertian komunitas regional.
Saat ditemui di kantornya, Selasa (12/12), Manajer GEO Agustina Kustulasari (Ari) menyatakan bahwa Winter Course Program adalah program perkuliahan singkat yang sudah pernah dilaksanakan tahun lalu. “Program ini kita susun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa SMU, sejalan dengan program SMU yang mendorong mahasiswanya mengikuti kuliah di luar negeri,” ungkap Ari. Program ini dibiayai oleh SMU dalam bentuk beasiswa kepada para peserta dan termasuk dalam sistem kredit (SKS). Kedua pihak memperbarui kontrak program ini setiap tahun.
Sejumlah 32 mahasiswa peserta program ini belajar di berbagai fakultas dan program studi, seperti hukum, sosiologi, akuntansi, dan bisnis. Semuanya berasal dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Jumlah peserta program tidak berubah dari tahun lalu demi menjaga kualitas.
Terdapat lima kelas yang ditawarkan bagi peserta, seperti Indonesian Development Policy dan Indonesian Digital Society. Dibandingkan dengan tahun lalu, Ari mengatakan terdapat pengembangan kurikulum. “Tahun lalu, topik kelasnya lebih banyak dengan pertemuan sebanyak dua kali untuk masing-masing kelas. Sekarang kelasnya lebih sedikit, tetapi ada tiga kali pertemuan sehingga lebih mendalam.”
Ari menerangkan, program ini menjadi poin plus bagi Fisipol dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi mahasiswa internasional. “Salah satu indikator peringkat universitas adalah jumlah mahasiswa asing yang belajar di sana. Program ini baik bagi kita karena membantu internasionalisasi fakultas.” Dengan demikian, Fisipol bisa menjadi pusat dan referensi utama bagi siapapun yang berminat mempelajari keadaan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia. “Harapnnya, spesialisasi ini tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga internasional, setidaknya ASEAN,” tambah Ari.
Setelah mengajak peserta mengeksplorasi Yogyakarta di tahun sebelumnya, kali ini GEO mencoba untuk mengajak peserta jalan-jalan ke Semarang. PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory) akan menjadi tujuan company visit, dilanjutkan dengan darmawisata ke Sam Poo Kong. Tidak hanya Semarang, peserta juga akan berkunjung ke Surakarta. Disana para peserta akan diajak mengunjungi PT. Sritex dan belajar membatik di Kampung Batik Laweyan. Sebelum mengakhiri program, peserta juga akan diajak mengunjungi komunitas agraris Agradaya di Sleman. Kegiatan kunjungan dan ekskursi ini meringkas pembelajaran entrepreneurship di industri makanan, tekstil, maupun agraris.
SMU Winter Course Program juga akan memperkenalkan keberagaman dan kesenian Indonesia dengan kunjungan ke Museum Ullen Sentalu, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan sekaligus menonton Tari Ramayana.
Ke depan, Ari berharap akan banyak perkembangan yang bisa dicapai dari kerjasama Fisipol UGM-SMU. “Ada prospek kerjasama yang memungkinkan mahasiswa Fisipol ke SMU untuk short course dan magang. Tapi itu perlu dibicarakan lagi.” Ia yakin Winter Course Program akan berkelanjutan selama Fisipol bisa menjaga performa dan kualitas pengajaran. Keselarasan kurikulum antara Fisipol dan SMU juga memainkan peran penting dalam laju kerja sama.
SMU Winter Course Program akan berlangsung sampai Jumat (22/12) sebelum kepulangan peserta kembali ke Singapura. (/KOP)