Forum Debriefing V: Berbagi Pengalaman Demi Kepentingan Nasional

Yogyakarta, 26 Agustus 2019—Hubungan yang baik adalah cita-cita hidup yang wajar belaka dimiliki manusia, tak terkecuali dalam konteks negara. Di lingkup global, hubungan antarnegara di dunia dapat diusahakan melalui diplomasi.

Dalam rangka mengingat kembali usaha semacam itu, Departemen Hubungan Internasional UGM, bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri mengadakan Forum Debriefing. Forum tersebut adalah wadah penyampaian pertanggungjawaban bagi para Kepala Perwakilan RI yang telah menyelesaikan masa pengabdiannya di luar negeri selama periode tertentu.

Acara tahunan tersebut telah memasuki penyelenggaraan yang kelima. Pada pelaksanaannya Sabtu lalu, Universitas Gadjah Mada terpilih menjadi tuan rumah. Ruang Auditorium Mandiri Fisipol menjadi tempat berlangsungnya diskusi yang berkepanjangan dan memakan waktu, namun tetap interaktif.

Dalam acara tersebut, hadir tiga pembicara; H.E. Drs. Harry Purwanto, S.H, Perwakilan RI untuk Republik Federal Nigeria, H.E Drs. Dominicus Supratikto, Perwakilan RI untuk Republik Guyana, dan H.E Drs. Djoko Harjanto, Perwakilan RI untuk Republik Arab Suriah. Ketiganya membagi pengalaman masing-masing dalam menjalankan tugasnya. Gambaran diplomasi Indonesia di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya terasa nyata di hadapan audiens karena disampaikan ketiga pembicara dengan baik.

“Hanacaraka, datasawala, padhajayanya, magabathanga, urutan huruf Jawa itu, sebenarnya menyimpan cerita yang menarasikan tugas seorang diplomat,” tutur Nandy Wirasta Nandyatama, moderator forum, membuka diskusi dengan bahasan yang memancing perhatian. Nandy menuturkan bahwa urutan huruf tersebut, jika diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna: Suatu hari, utusan dari berbagai negara datang. Masing-masing dari mereka punya kekuatan yang sama hebat. Karena kesamaan itu, mereka semua akhirnya mati. “Dari situ, kita bisa memahami bahwa tugas diplomat atau wakil negara secara umum memang sangat berat,” tambahnya.

Pada termin diskusi pertama, H.E Drs. Harry Purwanto S.H berkesempatan membagikan pengalamannya. Selama tahun 2015-2018, ia menjadi Duta besar Indonesia untuk wilayah Republik Federal Nigeria dan ECOWAS (Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat).

“Sebagai duta besar, tugas utama saya adalah memastikan terciptanya hubungan bilateral yang kondusif dengan negara lain untuk menunjang kepentingan nasional,” jelas Harry. Bagaimanapun, hubungan diplomasi dengan negara lain memang ditujukan bagi kemajuan Indonesia. Hal tersebut, ungkap Harry, dapat dicapai melalui pemanfaatan peluang ekonomi wilayah Nigeria secara maksimal.

Keberadaan Republik Federal Nigeria menjadi penting bagi Indonesia karena di dalamnya tersimpan pasar besar bagi produk-produk Indonesia. Persaingan ekonomi di sana juga terhitung belum ketat. “Buktinya, sampai saat ini, beberapa BUMN sudah sampai berani mendirikan kantor di Nigeria,” jelas Harry. Pada dua termin diskusi selanjutnya, H.E Drs. Dominicus Supratikto dan H.E Drs. Djoko Harjanto mengungkapkan bahasan sejenis. Mereka menceritakan hambatan, tantangan, hingga peluang Indonesia dalam berbagai bidang di negara tempat mereka bertugas.

Pada akhirnya, forum semacam ini diharapkan dapat memperkaya rekomendasi kebijakan hubungan dan politik luar negeri Indonesia dengan negara-negara tersebut pada masa mendatang. Hal tersebut, tentu saja ditujukan untuk urusan yang wajar belaka bagi negara kita: kepentingan nasional. (/Snr)