Yogyakarta, 13 Desember 2019—“Sejak berdirinya, takdir Indonesia adalah sebagai bangsa yang lahir majemuk, multi agama, suku, dan etnis. Apabila perbedaan dipandang sebagai ancaman, bagaimana Indonesia akan maju?” ungkap Yosephine Sista Parameswara, ketua Generasi Milenial Lintas Agama dan Suku untuk Pancasila dan Kebangsaan (GEMILANG) pada acara “Milenial Bicara Kebangsaan”. Acara ini merupakan acara kolaborasi Kementrian Komunikasi dan Informatika (Keminfo), GEMILANG, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) yang diselenggarakan pada Jumat (13/12) di Gedung Auditorium Fisipol UGM.
“Indonesia memang akar nilainya adalah masyarakat yang majemuk. Sebagai milenial tongkat estafet ada di tangan kita, bersatu itu harus dalam mewarnai perbedaan yang kita miliki,” tambah Yosephine yang biasa dipanggil dengan Sista, dalam sambutan acara sebelum sesi panel talk dimulai. Dalam sambutan yang diberikan Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, Dekan Fisipol menambahkan bahwa kolaborasi penting untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. “Sulit membayangkan Indonesia tanpa Pancasila yang sangat beragam dalam kehidupan sehari-hari, dimana Indonesia yang sangat multikultur dan agama. Tantangan saat ini adalah bagaimana kita bisa memahami Pancasila dalam konteks terhadap jaman kekeinian. Bukan hanya sebatas knowing namun sekarang adalah practice,”jelas Prof.Erwan.
Dihadiri oleh lebih dari 150 peserta yang berasal dari beragam fakultas, bukan hanya Fisipol dan UGM saja, acara ini mengundang empat pembicara dari berbagai instansi di Yogyakarta. Keempat pembiacara tersebut adalah, Syaiful Arif,MH, Diasma Sandi Swandaru, Arin Mamlakah Kalamika, dan Obed Kresna Widyanpratistha. Diawali oleh Syaiful arif, DIrektur Studi Pemikiran Pancasila dan sekaligus Tenaga Ahli Unit Kerja Presiden Pembinaan Pancasila (2016-2018) mengawali diskusi dengan membawa tipik Mensyukuri Religiusitas Pancasila: Membaca Dasar Negara dengan Tepat. Dalam era yang cepat sarat akan ruang informasi tantangan terbesar yang dihadapi oleh kaum muda dan Pancasila adalah ideologi radikalisme yang menolak eksistensi Pancasila.
“Dibawah bimbingan sila pertama dan sila lainya semuanya saling mengait satu sama lain. Tantangan terbesar kita saat ini adalah Pancasila yang diragukan bukan atas nama tuhan. Padahal, ketika kita menilik penyebab teologis lahirnya Pancasila, sarat akan nilai-nilai teologis. Coba kita lihat ketuhanan sebagai sila pertama, Tuhan adalah kausal prima sebagai sebab utama di sila-sila dibawahnya. Kalau tidak ada Tuhan tidak akan ada sila-sila yang lainya,” jelas Syarif. Ia menambahkan bukan hanya di Islam tertulis secara jelas mengamini Pancasila, nilai nilai Pancasila sebagai alat khebinekaan ada di al kitab, hadist, bahkan ayat Al-Quran. “Penting untuk kita jangan terprovokasi. Ungkapan bahwa Pancasila adalah ideologi kafir adalah hoax terbesar abad ini,” tambah Syarif.
Diasama Sandi dan Arin Mamlakah banyak menjelaskan mengenai pentingnya toleransi dan menghadapi problematika tantangan Pancasila itu sendiri. “Kita harus mulai untuk tidak melihat manusia dari latarbelakangnya, namun kebermanfaatan yang dapat kita bagikan,” ujar Arin Dimas melihat bahwa solusi dari problematika adalah kembali ke keluarga dan rahim keluarga kita semua. “Kenalilah siapa dan akar jati diri bagi manusia, kenali siapa kita dan jati diri kita,” jelas Sandi. Obed, sebagai Presiden Mahasiswa UGM 2018 memberikan saran terhadap refleksinya selama mejabat sebagai presiden dalam BEM KM UGM.
“Rekomendasi yang saya ajukan terhadap refleksi saya mengenai tantangan Pancasila dalam anak muda, diantaranya adalah, menghapuskan mata kuliah agama yang mensegregasikan kita dalam fase kuliah, namun menggantinya kedalam mata kuliah intereligiusitas yang dapat memberikan pemahaman dan toleransi nilai-nilai universal, kedua, diperlukan ruang Ibadah yang setara, untuk menjadi akomodasi terhadap kepercayaan khususnya minoritas, sebagai ruang bernaung untuk memiliki hak dan privilege yang sama untuk dapat mengamalkan nilai-nilai agama,” ungkap Obed. Acara Forum Milenial Bicara Kebangsaan ini merupakan event kedua yang diselenggarakan setelah sebelumnya diadakan di IPB. Selanjutnya roadshow akan diselenggarakan di UI sebagai forum terakhir dalam roadshow ini. (/fdr)