Yogyakarta, 8 September 2022—Digital Future Discussion (Difussion) #78 kembali digelar oleh Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM pada Kamis (8/9) secara daring. Sesuai dengan tajuknya “Rooted in Security Basics: Digital Hygiene to Avoid Cyber Attack”, acara ini membahas mengenai keamanan digital dan menghadirkan dua pembicara, yaitu Ismail Hakim sebagai founder dari Cyberkarta dan Irnasya Shafira sebagai peneliti CfDS serta dimoderatori Rizka Herdiani yang juga seorang peneliti CfDS.
Ismail Hakim mengawali diskusi dengan memaparkan tahap-tahap framework dalam keamanan siber yang meliputi tahap identifikasi, proteksi, deteksi, respons, serta recover. Menurut Ismail, tahap deteksi serta respons merupakan dua tahap yang sangat krusial. “Kita bisa invest banyak di proteksi, tetapi kita tidak tahu kapan proteksi ini gagal,” ungkap Ismail. Hal tersebut menjadikan kedua tahap selanjutnya menjadi krusial, tetapi sayangnya, menurut Ismail kedua tahap tersebut masih belum berjalan secara optimal di keamanan digital Indonesia.
Tak hanya dari sisi teknis, Ismail juga menganggap bahwa Indonesia masih memiliki tantangan dalam aspek kebutuhan dan mindset. Di antaranya adalah user awareness, agar tahapan dalam serangan siber tidak tereskalasi; openness, yaitu keterbukaan pengelola server terhadap ketahanan siber yang dimiliki server-nya dan keterbukaan terhadap kritik; dan regulasi yang menurut Ismail sangat darurat karena belum ada regulasi yang dapat benar-benar mengatur pengamanan data di Indonesia.
Merespons maraknya serangan siber yang terjadi akhir-akhir ini, Ismail merekomendasikan beberapa tindakan preventif yang pengguna internet dapat lakukan untuk mengurasi risiko terjadinya serangan. Tindakan preventif tersebut meliputi: memperhatikan kompleksitas password, penggunaan Multi-Factor Authentication (MFA), mengetahui karakteristik phishing, penggunaan program anti-virus, hingga melakukan update program secara berkala.
Sejalan dengan hal tersebut, Irnasya memperkenalkan suatu istilah baru, yaitu ‘Digital Hygiene’ yang berarti praktik-praktik yang harus dilakukan pengguna teknologi untuk me-maintain system health dan meningkatkan keamanan secara online. Menurut Irnasya, ketidakamanan di Asia Tenggara bersifat spesifik. “Tidak hanya cyber incidents yang tadi sudah disampaikan mas Ismail, tetapi juga disinformasi, misinformasi,” ungkap Irnasya. Hal tersebut semakin meningkatkan kebutuhan pengguna untuk mempraktikkan digital hygiene. (/tt)